Lihat ke Halaman Asli

Fandi Sido

TERVERIFIKASI

Ponsel atau Kamera Saku?

Diperbarui: 25 Juni 2015   00:49

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi (tenba.com)

[caption id="" align="alignnone" width="460" caption="Ilustrasi (tenba.com)"][/caption]

Ada kecenderungan bagi setiap orang untuk mengefisienkan penggunaan “gadget”-nya. Ponsel, misalnya. Telah diketahui bahwa saat ini orang rata-rata menggunakan hanya 20% dari seluruh kemampuan ponselnya. Setidaknya demikian data yang dirilis Samsung Indonesia bulan Juni lalu. Uniknya, internet dan kegiatan media sosial lain sudah menggeser fungsi panggilan dan pesan singkat.

Tapi, mari kita singkirkan itu sejenak. Fungsi lain yang ingin kita bahas kali ini adalah kamera.  Nyaris tidak ada produsen ponsel masa kini yang meninggalkan fitur kamera dalam barisan beberapa fitur lain yang lebih bersaing. Malahan, kamera di ponsel mulai dikembangkan untuk teknologi terapan lebih lanjut, katakan saja pembaca dan penerjemah kode QR untuk artikel-artikel tercetak (di koran atau majalah, misalnya) agar bisa terbaca otomatis melalui layar ponsel.

Fitur kamera pada ponsel diperkenalkan pertama kali oleh produsen Sharp melalui telepon genggam J-SH04-nya pada tahun 2000. Sejak saat itu, persaingan bisnis membawa kita pada era ketika kamera menjadi bagian padu dan mutlak dari ponsel. Perusahaan yang pernah menjadi “raja ponsel” yang berbasis di Finlandia, Nokia bahkan baru saja memperkenalkan ponsel teranyarnya Lumia 920 dengan teknologi kamera yang nyaris melampaui kamera saku pada umumnya: resolusi sensor gambar 8 MP dengan teknologi Optical Image Stabilizer dan bukaan lensa hingga f/2.0, setara dengan kualitas kamera DSLR profesional.

Kemudian, peranan ponsel disebut-sebut bisa menggantikan kamera saku. Tapi, apakah usulan ini berlaku bagi semua orang? Tidak demikian, tentunya.

Pilihan untuk menggunakan kamera saku alih-alih kamera ponsel tentunya bisa sangat beralasan. Pertama, kamera saku punya fitur olah jepretan dan olah gambar yang lebih kompleks. Tentu saja, fitur-fitur seperti garis-garis penyeimbang horison (framing grid) dan menu jepret portrait belum begitu dieksplorasi dalam kemampuan sebuah kamera ponsel. Kedua, kamera saku umumnya sudah dilengkapi fitur pengatur serapan cahaya. Kamera-kamera saku  keluaran terbaru sudah bisa otomatis menyesuaikan cahaya jika pengguna masuk ke ruang gelap atau bertualang di lansekap penuh cahaya dan warna. Sedangkan kamera ponsel, nampaknya baru Nokia saja yang memikirkan itu. Ketiga, gambar hasil jepretan kamera saku lebih memungkinkan untuk diolah jika terjadi kesalahan pemotretan, semisal kurangnya cahaya atau posisinya miring.

Tentu saja, alasan efisiensi penggunaan bisa dijadikan alasan utama memilih ponsel berkamera ketimbang kamera saku. Dengan harga seperempat kamera saku, seseorang sudah bisa membeli ponsel berkamera dengan kualitas cukup untuk mengabadikan kejadian. Hanya saja, bagi yang berpikir untuk mengapresiasi karya gambar secara lebih baik, apalagi mengeksplorasi kemampuannya dalam fotografi, tentu saja kamera saku bisa jadi pilihan utama dalam memulai teknik-teknik.

Kalau boleh diklasifikasikan, ponsel berkamera cocok untuk orang-orang yang tak mau repot membawa dua gadget sekaligus, berorientasi karir atau rutinitas penting di luar fotografi atau jurnalistik, serta berpikiran praktis dan mau mengeksplorasi kemampuan ponselnya hingga jauh di atas 20%. Sedangkan kamera saku, umumnya akan sangat bermanfaat bagi Anda yang ingin menghasilkan kualitas gambar yang lebih terukur, penyuka jalan-jalan (tentu saja karena ponsel bisa mati sewaktu-waktu atau fungsi kameranya terhenti), atau yang menyukai kegiatan olah gambar. Kamera saku dengan minimal resolusi 8 MP sudah sangat memadai untuk menghasilkan data gambar siap olah.

Memilih ponsel berkamera atau kamera saku, semuanya soal preferensi. Sesuaikan dengan kebutuhan dan aktivitas Anda. Yang jelas, mengoptimalkan fungsi gadget sampai kemampuan terbaiknya akan sangat baik dalam melatih pemahaman Anda.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline