Lihat ke Halaman Asli

Fandi Sido

TERVERIFIKASI

Anti Sedang Galau

Diperbarui: 25 Juni 2015   03:59

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

13396836591838203674

[caption id="attachment_187983" align="aligncenter" width="406" caption="salah satu "papan" iklan Indosat."][/caption]

Ada kecenderungan menarik terkait interpretasi masyarakat terhadap medium iklan. Korporasi berskala nasional tentu punya urusan dan ujung jari sendiri mengatasi tata rias iklan agar publik yang jadi pasar sasaran membuka dompet selebar mulut merekaketika melihat promosi yang ditawarkan. Dipakailah kalimat-kalimat yang sedang hangat dikonsumsi ramai-ramai di banyak media. ‘Galau’, misalnya.

Keterdedahan masyarakat atas kata-kata yang sedang masuk tren inilah yang kerap dijadikan kambing hitam atas kemunduran kemampuan berbahasa. Belum perlu jauh-jauh mempertanyakan mengapa tiap tahun Bahasa Indonesia menjadi mata ujian paling ditakuti siswa. Media iklan seperti contoh ini, ikut berperan dalam abrasi kemampuan berbahasa Indonesia.

Salah satu iklan yang menarik perhatian saya –sepertinya edisi terbaru saat opini ini ditulis—adalah tetasan Indosat, salah satu merek dagang terkemuka dalam gelembung urusan sinyal di Indonesia. Kalimat iklan itu berbunyi, “Liburan Pasti Lebih Seru dengan IM3 Anti Galau”. Saat membaca ini saya mengingat-ingat sejenak, lalu tersenyum geli. Apa pasal? Pikir saya, iklannya seperti membeberkan si Anti yang sedang galau.

Jelas sekali pekerja di bagian pemasaran Indosat memanfaatkan betul kata tren ‘galau’ yang nyaris dianggap lumrah berarti perasaan bimbang, resah, sedih a la ABG, meski dalam artian sesungguhnya kata ini bisa berarti beramai-ramai atau riuh dan berisik. Karena ini bukanlah situasi yang menyenangkan, maka Indosat  membuat noktah merah yang dijadikan titik serangan. Mereka meluncurkan layanan pesan singkat yang memungkinkan penggunanya menghalau kegalauan ini.

Sayangnya, Indosat justru menyambung kegalauan banyak korporasi saat ini yang canggung menggunakan diksi yang tepat, atau lema dalam konteks yang tepat. Indosat luput (atau lupa) menyadari bahwa ‘anti-’ sebetulnya adalah sebuah bentuk terikat dalam Bahasa Indonesia. ‘Anti’ sekelompok dengan ‘purna-’, ‘pra-’, ‘mono-’, dan ‘oto-’. Dalam ketentuannya, bentuk terikat selalu ditulis serangkai dengan kata dasar. Ya tentu saja, karena disebut terikat. Itu berarti, Indosat akan lebih tepat jika menulis Antigalau alih-alih ‘Anti Galau’ yang lebih tepat jadi judul cerita fiksi.

Kekuatan Satu Kata

Patut dicermati, alasan awam Indosat (atau perusahaan jasa iklan) yang bertanggung jawab atas medium yang tersebar luas ini, melihat tulisan kesalahan tulis ini menjadi lebih seksi karena kekuatan satu kata. ‘Galau’ boleh disebut sebagai kata paling laris di kalangan muda pengguna jasa selular. Kalau ada penghargaan bahasa, ‘galau’ pantas jadi kata terlaris di media televisi dan layar ponsel. Itulah kenapa kata ini seakan-akan punya kekuatan lebih.

Fenomena ini adalah ulangan dari banyak fenomena sebelumnya yang mengangkat kata-kata tertentu sebagai tren dan paling menjual secara harfiah. Sebut saja ‘orba’ di era Soeharto dan ‘merdeka’ di era Sukarno. Yang lebih terkini ada kata ‘krismon’ yang merujuk krisis moneter 1997. Kata-kata ini melekat sampai ke dinding-dinding ruang karyawan.

[caption id="attachment_187984" align="aligncenter" width="442" caption="dari xl.co.id"]

1339683684910024304

[/caption]

Memang secara matematis bisa jadi kesalahan ini tidak akan mengurangi penjualan IM3, karena toh tidak banyak orang yang menyadari titik lemahnya sebuah iklan. Salah satu pesaing, XL Axiata, justru nampak lebih parah karena di laman resminya xl.co.id menayangkan kata ‘prabayar’ bersandingan dengan ‘pasca bayar’. Nampak sekali tidak mengetahui apa itu sebenarnya ‘pra-’ dan ‘pasca-’. Gagap bahasa inilah yang membahayakan. Publik terbiasa disuapi kata-kata laris. Dan tanpa saringan yang jelas, semua kata bisa dianggap benar bahkan jika harus melenceng dari makna aslinya.

Seperti iklan Indosat di atas, saya yakin semua yang membacanya pasti mengerti maksud dan produk layanan yang “diberikan”. Bagi orang yang suka iseng-iseng dan memerhatikan detail-detail, pasti merasakan sensasi berbeda. Serasa membaca sebuah cerita mini yang dilengkapi ilustrasi paling manis. Bahwa Anti sedang berlibur ke suatu tempat di tepi pantai, lalu tiba-tiba hatinya galau. Mungkin baru saja diputusin lewat pesan singkat.

Semoga ke depan dunia periklanan kita lebih baik.

*Pertanyaan: Kalau “pra-” berarti sebelum atau di muka, Bagaimana mengartikan “pramuka”?




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline