[caption id="" align="aligncenter" width="400" caption="Ilustrasi (backseat-love.tumblr.com)"][/caption] *** Tak banyak yang kutahu. Karena itu aku selalu bilang "menurutku". Tak seperti kau yang mengenyam rindu. Peduli cinta dan semua tentang aku. Di suatu taman aku terdiam mengagumi langit, menerka bentuk awan atau senyum yang menawan. Di tempat yang sama kau duduk berayun, menyusun kata tentang rasa yang kadang rumit kau bentuk. Indah dunia ketika hening berdamai dengan banyak suara. Kita bersua ketika kau bilang sesuatu akan menjadi indah di antara kita. Radio memutar lagu yang sama. Dan kau bersenandung sambil mengetuk-ngetukkan pena. Menerka perasaanku betapa manisnya kita bersama. Seperti permen kecil, manis dan penuh warna. Aku menggumam di malam hari ketika melihatmu tertidur di atas lengan yang terlipat. Keindahan pikiranmu tersimpan bersama mata yang tertutup rapat. Tak kuusik dan tak kuhardik. Permen kecil kutaruh dalam toples sebagai hadiah kecil saat nanti kau kembali terjaga. Musik melantun lembut. Dan angin melambai sampai subuh. Aku kembali terdiam lalu tersenyum. Menyadari betapa bodohnya aku jika melepaskan tanganmu. Atau jika melupakan suaramu. Aku bukan penyair. Hanya penggumam. Tapi ini tentang perasaanku yang menjelma menjadi serbuk di sekitar pelangi. Hanya terlihat ketika embun membasahi. Bermimpilah dengan indah, lalu sebut namaku saat bangun di pagi hari nanti. Aku akan tetap di sini, untuk satu kisah lagi. ***
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H