Lihat ke Halaman Asli

Fandi Sido

TERVERIFIKASI

Ironi Kata Depan di Media-media "Terdepan"

Diperbarui: 25 Juni 2015   23:30

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi (imadesuriana.wordpress.com)

Sudah banyak tulisan di blog ini yang mengirimkan pesan baik dan persuasif betapa pentingnya kita melatih diri untuk memperbaiki tata bahasa tulis, terutama terkait penggunaan kata depan. Tulisan-tulisan sebelumnya bisa dibaca di sini, di sini, dan di sini. Memang, di banyak media informasi publik penggunaan/penulisan kata depan adalah salah satu masalah redaksional yang paling banyak dijumpai. Ironisnya, hal ini justru lebih kentara dan menggelitik jika yang menampilkannya adalah media-media yang berjuluk maupun yang mengaku "terdepan". Kalau yang menulis kata depan di ruang publik adalah orang-orang "biasa" yang kurang mendapat wawasan mengenai tata bahasa, semisal warga kota kecil yang berniat menjual rumahnya lalu menulis pengumuman "RUMAH DI JUAL" di pinggir jalan atau pegawai jaga toilet umum yang memasang tanda "DILARANG MANDI DISINI" di dinding gedung tempatnya bekerja, wajar-wajar saja karena faktor pendidikan wawasan yang belum mereka dapatkan secara utuh. Jangan heran, tulisan-tulisan media publik yang dibuat oleh pemerintah daerah di beberapa kota pun hingga kini masih kadang ditemukan kesalahan penulisan kata depan di dalamnya. [caption id="" align="aligncenter" width="320" caption="Ilustrasi (imadesuriana.wordpress.com)"][/caption] Namun, jika yang sering menampilkan kesalahan penulisan kata depan adalah media televisi utama, alangkah sayangnya. Tingkat keterbacaannya sangat tinggi. Akan terasa menggelitik bagi orang yang paham, akan tetapi bagi masyarakat pemirsa yang belum tahu, menyedihkan. Mereka pikir itu wajar-wajar saja, entah mungkin karena belum ada yang mengoreksi. Padahal, setahu saya ihwal tata bahasa media yang baik termasuk pelajaran dasar dalam jurnalistik. Para pekerja jurnalistik pun direkrut dari kampus-kampus terkemuka. Tidak mengherankan jadinya jika beberapa pakar membuat buku khusus yang membahas bahasa media. Penulisan kata depan yang paling sering salah adalah di- dan ke- yang sering sulit dibedakan dengan awalan. Contoh. Sebuah program televisi yang saya saksikan akhir September lalu di sebuah stasiun televisi terdepan (sayang sekali saya tidak ada dokumentasiannya) menampilkan judul dokumenter "DIBALIK GERAKAN 30 SEPTEMBER". Karena menyangkut fakta sejarah, saya yakin kontennya akan menarik banyak pemirsa pada siang menjelang sore hari itu. Sayang sekali, di penulisan judul program kata depan yang seharusnya diketik terpisah, justru terangkai, yang menjadikan makna semestinya bergeser menjadi "objek kegiatan pembalikan".

DI BALIK GERAKAN 30 SEPTEMBER

Itu hanyalah satu contoh dari banyak program yang hingga tulisan ini dibuat masih bisa didapati kesalahan penulisan kata depan terselip di televisi. Selain pada program-program dokumenter, kesalahan penulisan kata depan juga sering ditemukan di tampilan teks berjalan. Sudah ada satu-dua stasiun televisi yang membenahi urusan tata bahasa di teks berjalan ini. Beberapa media yang "agak terbelakang" masih sering mengalami ini.

Teks berjalan menampilkan (contoh):

"Kapolri: empat senjata laras panjang khas militer masih berada ditangan kelompok teroris."

Seharusnya ditulis:

"Kapolri: empat senjata laras panjang khas militer masih berada di tangan kelompok teroris."

Teks berjalan menampilkan:

"Digadang menkes, Aburizal Bakrie bertandang kerumah SBY."

Seharusnya ditulis:

"Digadang menkes, Aburizal Bakrie bertandang ke rumah SBY."

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline