Lihat ke Halaman Asli

Fandi Sido

TERVERIFIKASI

Lembaga Baasyir Sumbang RS Indonesia di Gaza, Pemerintah Batal

Diperbarui: 26 Juni 2015   04:32

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="" align="alignleft" width="612" caption="Pihak pemenang tender yang sedang melakukan teleconference dengan MERC. (mer-c.org)"][/caption]

MER-C Indonesia membenarkan berita bahwa lembaga Jama'ah Ansharut Tauhid (JAT) menyumbang dana Rp 300 juta untuk pembangunan Rumah Sakit Indonesia di Gaza, Palestina. Dalam rilis persnya Senin (28/3/2011) MER-C menyatakan bahwa memang benar organisasi nirlaba yang berada di bawah pimpinan Abubakar Baasyir itu telah mentransfer dana tersebut langsung ke rekening MER-C khusus untuk pembangunan RS Indonesia.

Dalam siaran pers tersebut, MER-C menyatakan JAT mentransfer dana sebanyak Rp 150 juta pada 14 Maret 2009 sebagai tahap pertama dan Rp 150 juta pada 14 April 2011 sebagai tahap kedua. Menurut MER-C, dana tersebut kemudian digabung dengan dana yang berasal dari donatur-donatur lain atas nama masyarakat Indonesia. "Sebagai sebuah LSM yang independen, dana yang diterima MER-C untuk program pembangunan RS Indonesia semuanya murni berasal dari masyarakat Indonesia baik itu perorangan, lembaga, institusi maupun perusahaan. " tulisnya.

Batal menyumbang

MER-C kemudian menambahkan, hingga saat ini tidak ada bantuan atau donasi untuk RS Indonesia di Gaza yang berasal dari pemerintah ataupun pihak asing.

Pemerintah RI memang sempat berkomitmen untuk ikut membantu program pembangunan RS Indonesia di Jalur Gaza. Bahkan pada Juni 2010, Ketua DPR RI beserta rombongan telah melakukan prosesi peletakan batu pertama di lokasi tanah RS Indonesia di Bayt Lahiya, Gaza Utara. Namun ternyata Pemerintah RI tidak menepati komitmen yang telah disepakati dan justru melakukan penandatanganan MOU Pembangunan “Cardiac Center” dengan Islamic Development Bank (IDB) pada tanggal 7 Februari 2011 lalu. Saat itu, lanjut MER-C, pemerintah berdalih mengalihkan sumbangan ke IDB karena menganggap program RS Indonesia tersangkut masalah lahan dan sulitnya perizinan. Padahal, MER-C mengaku lahan dan izin untuk pembangunan RS Indonesia di Gaza sudah diperoleh MER-C sejak tahun 2009. Bahkan lahan seluas 16.261 m2 untuk RS Indonesia tersebut merupakan wakaf dari Pemerintah Palestina di Gaza.

Tertahan di Rafah

Saat ini tiim MER-C untuk penandatanganan kontrak tender masih tertahan di Rafah Mesir dan belum mendapatkan akses menuju Gaza. Berdasarkan informasi yang diterima, keterlambatan tim ini disebabkan proses imigrasi yang belum selesai di daerah perbatasan. Nama-nama anggota tim belum ada di daftar persona yang boleh lewat menuju Jalur Gaza. Padahal, proses perizinan melintas sudah diselesaikan sejak sebulan yang lalu.

Memanfaatkan waktu, meski masih berada di luar Gaza, komunikasi dan proses tender terus berjalan. Komunikasi sudah beberapa kali dilakukan antara tim Konstruksi MER-C yang masih menetap di Al Arish Mesir dengan relawan Gaza dan para kontraktor melalui teleconference.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline