[caption id="" align="aligncenter" width="376" caption="Ilustrasi (flickr)"][/caption] Warta Hanya berdiri, berjingkrak, lalu tertawa. Memandikan tubuh dengan cahaya matahari merona. Bolak-balik, menyisir warta. Lalu tersenyum, terkekeh, dan sebagian kecewa. Pagi yang tak seperti kemarin, tetap di Kompasiana. *** Kipas Angin Berputar, cepat dan melambat. Menyejukkan, sebentar serasa menyumbat. Membuka pintu dan menghirup aroma pagi ibarat kipas angin. Udara mengalir dari belakang ke depan, dari panas, menjadi dingin. Lalu tersyukurilah segumpal ingin. *** Cangkir Kugosok-gosok setiap sore, dan kukecup setiap pagi mengagumi putih mulus setiap bagiannya. Dari sana cairan penyemangat, penghangat. Kuisap, lalu mendesah, menguap sampai ke kepala. Sebentuk cangkir, dengan kopi pahit bernuansa manis. Untuk sejuta mimpi yang tegak bersama kepala-kepala. Dari sinilah kukirimkan puisi-puisi pagi. *** Sleman, 12 Mei 2011.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H