Lihat ke Halaman Asli

Fandi Sido

TERVERIFIKASI

Puisi-puisi Pagi

Diperbarui: 26 Juni 2015   05:49

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi (flickr)

[caption id="" align="aligncenter" width="376" caption="Ilustrasi (flickr)"][/caption] Warta Hanya berdiri, berjingkrak, lalu tertawa. Memandikan tubuh dengan cahaya matahari merona. Bolak-balik, menyisir warta. Lalu tersenyum, terkekeh, dan sebagian kecewa. Pagi yang tak seperti kemarin, tetap di Kompasiana. *** Kipas Angin Berputar, cepat dan melambat. Menyejukkan, sebentar serasa menyumbat. Membuka pintu dan menghirup aroma pagi ibarat kipas angin. Udara mengalir dari belakang ke depan, dari panas, menjadi dingin. Lalu tersyukurilah segumpal ingin. *** Cangkir Kugosok-gosok setiap sore, dan kukecup setiap pagi mengagumi putih mulus setiap bagiannya. Dari sana cairan penyemangat, penghangat. Kuisap, lalu mendesah, menguap sampai ke kepala. Sebentuk cangkir, dengan kopi pahit bernuansa manis. Untuk sejuta mimpi yang tegak bersama kepala-kepala. Dari sinilah kukirimkan puisi-puisi pagi. *** Sleman, 12 Mei 2011.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline