Lihat ke Halaman Asli

Fandi Sido

TERVERIFIKASI

Muda Menulislah! Buat Sejarah!

Diperbarui: 26 Juni 2015   07:10

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Akan sangat mengena jika tulisan ini turut saya hempaskan ke muka sendiri, agar tersadar bahwa dunia menunggu sebuah karya dari saya, lalu akan mengatakan "Inilah yang ditunggu-tunggu!"


Muda menulislah!

Ini bukan sekedar candaan yang sekedar terkesan menyangkal bahwa sudah banyak tulisan artikel, puisi, atau apapun yang mengalir dari hati, pikiran, turun ke tangan, lalu terpampang di layar monitor saya. Ini tentang benar-benar menulis, dengan segala visi dan bayangan indah saat dunia menyaksikan semua tulisan saya dari kanvas berukuran raksasa lalu bergumam "Inilah Fandi, tak lama datang lalu menyisakan susuatu untuk dunia."

Menulis itu menyenangkan, syahdu, bikin bangga. Akan tetapi menulis untuk dunia lain lagi ceritanya. Ada sebuah kutipan favorit yang saya ingat hingga sekarang karena sering diulang-ulang: "Be the change you wish to see in the world." Lihat? Jadilah perubahan yang ingin Kamu lihat di dunia ini!

Menulislah untuk membuat perubahan. Minimal, untuk menyisakan sesuatu yang bisa memantik ruang diskusi orang dan Saya serta kamu bisa aktif mendulang ilmu di dalamnya. Memberilah lalu menerima. Itu hukum alam. Semakin besar makna tulisan bagi perkembangan dunia, atau minimal kehidupan sebuah bangsa, maka semakin besar nilai lahiriah yang akan dikembalikan ke dalam hati penulisnya, lalu diserahkan di depan matanya. Kalau sudah begini, sang penulis sudah masuk ke dalam rel perjalanan sejarah. Tak usah dululah terlalu pusing atas risiko tulisan dihujat, dipasok ke dalam bilik kontroversi, atau disomasi. Ini semata-mata "memberi"!

Kedewasaan penulisnya akan sangat nampak dalam tulisannya.Ia menulis, maka ia bertanggung jawab atasnya.

Pramoedya Ananta Toer adalah sosok cocok bagi saya hari ini. Hujatan separuh bangsa hingga lembabnya ruang sel tapol di Pulau Buru ia rasakan demi menguatkan komitmennya meloloskan lebih dari 40 tulisannya ke dunia lalu diterjemahkan ke dalam 35  lebih bahasa. Bisa dilihat kemudian, penghargaan yang diterimanya lebih banyak dari dunia luar negeri daripada dari pemerintahnya sendiri! Itu pilihan, dan Pram berhasil membuat sejarah!

Ah, Kakek Pram sudah menjadi bagian sejarah. Masanya sudah lalu. Sekarang ini saat kita.

Di sini.

Saya sangat kagum dengan sosok-sosok lebih "matang" di sini seperti Chappy Hakim, Marzuki Alie, atau Kang Pepih. Mereka benar-benar orang yang menghargai sebuah tulisan, sesederhana apapun. Karena di mata saya mereka menganggap justru perubahan-perubahan besar bisa hadir dari ide-ide sederhana yang dianggap kecil dan remeh-temeh. Lalu mereka menyuarakan ke dunia bahwa ada hal yang sangat penting di sini, yang ditulis oleh kalangan muda, lalu berhak masuk dalam catatan perjalanan sejarah.

Boedi Oetomo adalah kaum muda, dan sejarah masa kini mengenangnya melalui tulisan. Kata-kata yang ditulis oleh mereka sendiri yang disebut "revolusi", maupun memoar-memoar yang diceritakan orang lain yang mengagumi mereka dan nilai-nilai yang dibawanya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline