Warung Tegal atau yang biasa dikenal dengan Warteg ini identik dengan rumah makan sederhana yang menyajikan berbagai menu masakan rumahan, harga yang relatif murah, porsi banyak, dan disukai oleh orang-orang yang umumnya berpenghasilan rendah.
Keberadaan warteg saat ini khususnya di kota-kota besar sangat membantu bagi para pekerja yang tidak sempat memasak sendiri. Bahkan, mayoritas warteg memiliki jam operasional sampai 24 jam.
Beberapa waktu yang lalu, saya menemukan sebuah postingan di media sosial TikTok melalui Twitter. Berikut isi postingan tersebut:
Postingan tersebut di unggah pada momen lebaran idul fitri beberapa bulan lalu. Seperti yang kita tahu, warteg itu identik pemiliknya adalah orang-orang yang berasal dari Tegal, Jawa Tegah.
Sebagai orang rantau yang bekerja di Jakarta, sekaligus orang yang tidak pernah memasak sendiri karena sudah capek bekerja, warteg adalah penyelamat bagi orang-orang seperti saya. Dan ketika melihat postingan itu saya merasa relate sekali.
Karena momen lebaran para pemilik usaha warteg mayoritas pulang kampung, saya yang posisinya tidak pulang kampung karena pekerjaan merasa bingung saat mencari makan.
Pesan lewat aplikasi online sangat boros karena harganya bisa lebih mahal, belum lagi harus bayar 'ongkir' dan biaya tambahan lainnya. Beli makan di mal pasti tidak jauh-jauh dari junk food.
Maka dari itu, warung makan seperti warteg ini benar-benar berjasa bagi saya dalam urusan makan dengan porsi banyak tapi tetap murah. Sampai-sampai saya punya 'warteg favorit' saya sendiri. Jika bukan warteg itu, saya tidak mau.
Kalian pasti juga tidak asing dengan warteg Kharisma Bahari, salah satu warteg yang cukup populer dan keberadaannya bisa kita temukan di mana-mana.