Lihat ke Halaman Asli

How Deeply I Adore You, Daniel Sahuleka

Diperbarui: 24 Juni 2015   00:38

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

139542376630433790

Malam itu radio memutarkan sebuah lagu yang membuat jari-jari saya berhenti di atas keyboard laptop. Saya berhenti mengetik dan sejenak mengagumi lagu itu. Waktu berlalu begitu saja sampai akhirnya saya tahu kalau lagu itu berjudul You Make My World So Colorfull dari Daniel Sahuleka.    Besoknya sampai seminggu ke depan, playlist saya hanya terdapat satu lagu, ya lagu itu, lagu yang membuat saya tenang seketika. Lagu yang membuat senyum saya mengembang dan tak henti-hentinya saya bersenandung sambil bekerja. Di kantor, di rumah, di perjalanan, hanya lagu itu yang tak pernah bosan saya dengarkan.

You make my world so colorful
I've never had it so good
My love I thank you for all the love
You gave to me

Dan seperti judulnya, lagu ini berhasil membuat dunia saya lebih berwarna. Lalu saya mulai searching tentang Daniel Sahuleka, dan tentu saja mendengarkan lagunya yang lain. Saat itu lagu yang berhasil saya temukan antara lain I Adore You, Will You Still Be There, The Rain, The Change, The Sunflight, dan If I Dindn’t. Saat yang sama saya pun berkata dalam hati “Now, I’m a SUPER BIG FANS of Daniel Sahuleka” Suaranya yang jernih mampu meluluhkan hati saya, dan saya merasa selalu jatuh cinta saat lagu Sahuleka mengalun di manapun saya berada.

Saya suka bermimpi, bahkan rasanya dunia khayal saya sungguh indah. Saya berkhayal jika suatu saat bisa menonton secara langsung penampilan Sahuleka di depan mata saya pada malam hari, saat Bandung sedang gerimis. Suasana yang romantis dengan segala kesyahduan Daniel Sahuleka.

Saya bukan pecinta film, saya juga jarang mengakses video lewat youtube, tapi kali ini berbeda, saya niat melihat video Daniel Sahuleka di Youtube. Penampilannya sukses membuat saya tertegu. Di beberapa video penampilannya, bahkan tak terlihat dekorasi panggung yang megah, hanya seorang Daniel Sahuleka yang duduk di tengah panggung dengan gitarnya, semua gelap, hanya ada satu lampu besar yang menyorot kearahnya, lalu mulailah ia bernyanyi dengan mengagumkan.

Oke, saya mulai kehabisan kata untuk mendeskripsikan bagaimana saya begitu mengaguminya. Rasanya saya tak begitu pintar merangkai kata untuk menunjukan bagaimana saya sangat menikmati karya Daniel Sahuleka.

I'm maybe not romantic

I'm maybe not poetic

sometimes I'm not that fluent

to find those magic words

I wish that I could show you my emotion

how can I give a notion

to use all my attention

to say how deeply I adore you, Daniel Sahuleka.

Februari 2014, Daniel Sahuleka pulang ke Indonesia, dan namanya terdapat dalam salah satu guest star di sebuah konser di Bandung, tapi sayang, saat itu saya tidak bisa datang. Lalu kesedihan saya semakin dalam, ketika beberapa hari kemudian, ia mengadakan konsernya lagi di Gedung Kesenian Jakarta. Argh. Saya baru saja bisa santai sejenak saat Java Jazz pada akhir Februari, tapi kenyataannya Daniel Sahuleka tidak perform di Java Jazz tahun ini. Kenapa? Kenapa? KENAPA?

Beberapa hari yang lalu saya searching informasi tentang Daniel Sahuleka, lalu saya iseng mengetik ‘Biografi Daniel Sahuleka’ kali-kali aja ada, pikir saya. Ternyata memang benar, biografinya memang ada. Saya langsung membuka situs-situs toko buku online, semalaman, sampai akhirnya tidak menemukan. Ugh. Eh, akhirnya jam 4 pagi, saya mendapatkan buku itu di t*k*b*g**s, dan buku itu ada di Yogyakarta. Tak masalah, yang penting ada. Yay!

Beberapa hari kemudian, buku itu sampai di tangan saya. Dengan tak sabaran saya merobek bungkusan demi bungkusan buku itu. Tanpa banyak basa-basi saya naik ke kamar, menyalakan lampu baca, dan langsung asik membuka lembar demi lembar buku tersebut.



Perjalanan mengenal Daniel Sahuleka pun dimulai.

Johannes Daniel Sahuleka lahir pada 6 Desemer 1950 di Semarang, dengan Papi Simon Pieter Sahuleka dan Mami Juarsi. Mami Juarsi adalah seorang wanita yang pintar menyanyi, menari jaipong, dan memasak. Papi Pieter adalah seorang petualang dan senang berkeliling Indonesia. Baru saja berumur dua bulan, Daniel dan keluarga kecilnya pindah dari Semarang ke Belanda.

Di Belanda, Daniel berteman dengan anak-anak Belanda pecinta musik, tapi sayang rapor sekolahnya buruk. Tapi apa yang terjadi? Bukannya mendapatkan hukuman, Daniel malah mendapat hadiah gitar dari ayahnya. Dari situlah kecintaan pada musik pun dimulai, dan pada usia 15 tahun, ia mulai menyusun komposisi lagu dengan otodidak. Lagunya diterima banyak orang dan mulai menjadi musisi cilik yang terkenal.

Daniel yang mempunyai band ‘The Daniel Sahuleka Band’ memulai rekamannya tahun 1976 di sebuah perusahaan rekaman Polydor.  Banyak musisi yang igin bertemu Daniel dan menikmati waktu liburan dirumah Daniel, tentunya dengan senang hati Mami Juarsi menyajikan masakan Indonesia untuk para tamu. Oh iya, walau sudah tak lagi muda, Mami Juarsi tetap aktif memasak dan ia juga memiliki restoran Sang Suria yang merupakan urutan pertama dalam daftar Top Restaurant di Belanda tahun 1981. Tak hanya para musisi saja yang menyukai masakan Mami, tapi tokoh terhormat dan para diplomat pun menyukai masakannya.

Tahun 1976, Daniel merilis single pertamanya You Make My World So Colorfull yang merupakan hits pertamanya di Eropa. Dan lagu inilah yang sampai saat saya menulis ini masih saya dengarkan. Rupanya lagu ini ia ciptakan saat mentari pagi menyinari wajah Alice, istrinya. “Morning sunshine in our room….”

Ah, siapa yang tak tahu lagu Don’t Sleep Away The Night? Lagu ini ia ciptakan teruntuk setiap pasangan yang telah bersama namun harus terpisah. Bersama untuk waktu yang tak lama lagi, menikmati momen spesial sebelum orang yang kita cintai pergi. “Don’t sleep away the night my baby, please stay with me at least ‘till dawn….” Lagu ini jadi hits di Eropa tahun 1980, dan meledak di Indonesia, Mayasia, Singapura, dan berbagai Negara lainnya.

Ada kisah unik yang agak mistis, saat itu Hartono Hendra, pemilik Aqurama Record mengagumi Daniel, dan mengajaknya ke Indonesia.  Daniel berwisata ke Puncak serta Pelabuhan Ratu usai rekaman. Saat menginap di Samudera Beach Hotel pada 1982, malam itu ia tidur sendirian di kamar 508. Sebelumnya ia diberi kesempatan melihat kamar 308 yang diyakini sebagai kamar sang Ratu pantai selatan itu.

Pada saat tidur, Daniel bermimpi bertemu dengan seorang gadis cantik di tepi pantai. Gadis itu melihat anting-anting yang dipakai Daniel. Ya, Daniel memakai dua anting-anting di satu telinga. Gadis itu meminta satu anting tersebut. Daniel menolak. “Eh, jangan, ini hadiah dari istri saya,” kata Daniel.  Tetapi gadis itu sangat menginginkan satu anting untuknya. Akhirnya Daniel menyerah dan melepaskan satu antingnya dan diberikan kepada gadis itu. Tiba-tiba ia terbangun, dan masih melihat kedua antingnya bertengger di telinganya.Syukurlah, hanya mimpi.


Namun, usai bermain di pinggir pantai bersama keluarga dan Hartono, istrinya yang bernama Alice Sahuleka Nijman melihat telinga Daniel yang hanya ada satu anting, dan bertanya “Di mana antingmu? Hanya ada satu anting di telingamu.”

Lalu Daniel bercerita kepada Hartono. Hartono pun menjawab, “The queen of the seasudah ambil itu anting,most men do not return from the sea. But she’s only took the earing from you,” kata Hartono.

Perjalanan karir bermusiknya tak selalu mulus, khususnya dalam pembayaran royalti atas karya-karyanya. Sangat disayangkan, sebuah perusahaan rekaman melanggar janjinya sendiri untuk memberikan royalti tinggi.  Daniel sang komposer besar tidak menikmati keuntungan ekonomi dari karya ciptanya yang kita dengar dari masa ke masa. Tapi pengalaman pahitnya di tahun 1993 itu tak membuat Daniel putus asa. Karyanya akan selalu dikenang abadi.

Daniel Sahuleka adalah sosok musisi hebat yang menginspirasi, karakter dan kejernihan suaranya mampu membuat dunia lebih berwarna. Terima kasih atas karya-karyamu yang sangat menakjubkan.

Saya masih berharap bisa menyaksikan penampilan Daniel Sahuleka secara langsung, semoga, suatu saat nanti Tuhan memberi saya kesempatan. Amin.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline