Tidak ada angin yang diam ketika itu
Melucuti ketiadaan-ketiadaan waktu demi waktu
Dan padahal aku sudah tahu
Tapi, sayangku
Segelintir bahagia mengalir dalam lukaku
Lirihnya kesedihan hanya berkisar pada namamu
Setiapkali kuingat, maka akan semakin tumbuh
Ilalang-ilalang cinta yang merindu
Tidak ada pula cahaya yang diam ketika itu
Menjerahi keranuman kenangan demi kenangan
Dan padahal aku sudah tahu
Tapi,
Semerbak hangat merambat dalam perihku
Namamu, namamu, Sayang
Setiapkali menyebutmu, tentu datang ilusi amat sendu
Ini bukan nyata!
Sekejap saja, tidak ada hujan yang lebih deras
Sewaktu air mata ini membasahi bayanganku.
Jakarta.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H