Lihat ke Halaman Asli

Afrizal Manurung

Guru Matematika

Pergi ke Bank

Diperbarui: 1 Desember 2022   15:23

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

"Selamat datang adik-adik, silahkan masuk" sambil membukakan pintu, begitulah sapaan yang diucapkan oleh petugas keamanan di Bank ini kepada Fahri dan teman-teman sekolahnya saat memasuki pintu kantor Bank.

 

 

Pada hari ini sekolah Fahri mengadakan kunjungan ke salah satu Bank yang letaknya tidak jauh dari sekolah Fahri. Fahri dan anak-anak siswa lainnya tampak begitu senang karena mereka baru pertama kali diajak ke Bank. Saat memasuki Bank, Fahri dan semua teman-temannya diminta untuk mengambil nomor antrian. Fahri memperoleh nomor antrian 235. Satu persatu petugas memanggil nomor antrian. Fahri melihat ke arah monitor yang menunjukkan nomor antrian 216. Ternyata ia mendapatkan nomor antrian terakhir diantara teman-temannya. "Yah.... Nomor yang terakhir..." kata Fahri dalam hati sambil mengkerutkan keningnya yang menandakan Fahri sangat tidak senang dengan hal ini. Fahri melihat ke arah nomor antrian temannya yang duduk disebelahnya. "Geisha, tukeran..." kata Fahri sambil menyerahkan nomor antriannya. "No, I don't want..." ucap Geisha yang lebih lancer berbahasa Inggris daripada Bahasa Indonesia kepada Fahri. "Namaku kan berawal dari huruf F seharusnya aku duluan yang dapat nomor antrian terdekat daripada kamu..." Kata Fahri membela diri. "Coba, kamu lihat dibuku absen. Namaku kan yang selalu dipanggil diap wal baru kamu" sambung Fahri. "No, Friends... Here, we get the queue number from there" Ucap Geisha dengan tegas sambil menunjuk tumpukan nomor antrian yang berada diatas meja di samping security. Karena tidak sabar lagi Fahri merebut nomor antrian milik Geisha. Melihat keributan yang terjadi Bu guru memanggil Geisha dan Fahri. Geisha dan Fahri sama-sama menjelaskan tentang apa yang sedang terjadi. Bu guru menjelaskan tentang aturan pengambilan nomor antrian yang bukan dilihat dari buku absen kepada Fahri. "Maaf miss.." kata Fahri sambil menundukan kepala yang menandakan dirinya malu akan perbuatannya tadi "Angkat kepalanya Fahri. Miss, tidak menyalahkan kamu" Kata bu guru. "Miss, hanya meminta kepada Fahri untuk sabar dalam mengantri" sambung bu guru dengan lembut. "Kemarin, sebelum kita kesini bu guru sudah menjelaskan bahwa selain belajar menabung langsung ke Bank, yang akan kita pelajari disini salah satunya adalah tata cara mengantri." kata Ali dengan nada yang ramah kepada Fahri sambil menyemangatinya. Ali sebagai ketua kelas menunjukkan sikap yang sangat baik. Ali mengajak Fahri untuk sama-sama kembali ke tempat duduk. Namun sebelum duduk Fahri mendatangi Geisha untuk menyerahkan nomor antrian yang direbutnya tadi. "Maaf Geisha..." ucap Fahri. "Never mind..." kata Geisha kepada Fahri sambil tersenyum. Setelah meminta maaf Fahri kembali duduk disebelah Ali. Ali menunjukan nomor antrian yang dimilikinya. "ha? 236... ?" kata Fahri sambil kaget. Ternyata Ali mendapatkan nomor antian yang lebih jauh dari miliknya. "Kita harus bersabar dalam melakukan setiap kegiatan apapun. Saya mendapatkan nomor antrian segini, kamu lihat bapak bapak yang baru datang disana? Pasti bapak tersebut mendapatkan nomor antrian yang lebih jauh dari kita. Kalau kita rebut masalah nomor antrian dan minta didulukan nanti kasian orang-orang yang sudah antri." Jelas Ali kepada Fahri yang tidak bermaksud menasehati. "Terima kasih Ali, saya tidak akan mengulangi hal yang seperti ini lagi." Kata Fahri sambil tersenyum. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline