Lihat ke Halaman Asli

Episode Toliet

Diperbarui: 24 Juni 2015   10:11

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

kakusku kamusku
dalam sepersekian detik tinja itu dimuntahkan
bagaikan orkestrasi waktu coba hantarkan kita pada sendiri
dalam setiap imajinasi-imajinasi
melalui kisah-kisah yang teramat menggetarkan
nyanyian pesing terasa begitu sumbang
deras berkeringat juga sesak di dada
peradaban kuno tentang manusia yang selalu muncrat pada matahari

kamusmu kakusku
defenisi-definisi hanyalah lembaran kata penuh sangsi
teori-teori dipenuhi retorika yang selalu lari dari kenyataan, diri
sementara fakta dan logika selalu dibunuh atas nama selera hari ini
menelannya tanpa basa-basi
dicerna dalam lambung kehidupan secara instan
berulang-ulang tiada henti setiap detik
detak kita hanya menyisakan nurani yang salah kaprah
lalu, kembali muncrat tatkala kita terbangun dari mimpi

kamusku kakusmu
apa berita hari ini di media televisi?
apa rencana kekuasaan dalam setiap pencitraannya disurat kabar?
apakah matahari begitu beraneka warna hari ini?
atau rembulan yang selalu menjadi inspirasi para pemimpi di malam hari
kenapa kemiskinan menjadi hantu-hantu yang begitu menakutkan?
sementara kekayaan diumbar layaknya barang antik
kesadaran terlihat aneh, nurani seperti kehilangan arah mata angin
tetap saja muncratmu membekas pada dinding-dinding kemunafikan
lalu Tuhan tetap bersandar, bersemayam pada altar
menunggu ratap setiap insan tentang dosa-dosa
begitu sulit mencium pahala
karena muncratmu begitu memperhitungkan di mana letak sorga dan neraka

kakusmu kamusmu
seperti berjalan pada garis tak berujung
bersama wajah-wajah dilumuri topeng yang penuh gelak
sementara diri tertatih-tatih ingin menggapai asa
namun pintu itu telah tertutup rapat
terkurung di luar sehingga kita sulit mengerti esensi di dalam
benak ditusuk berjuta jarum, perlahan menembus ruang dan waktu
darah menjadi nanah, pekat
busuk itu kembali muncrat bagaikan sangkakala kematian
episode itu telah berakhir tanpa arti
tragis benar
memang

Padangpanjang
14-07-2013

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline