Lihat ke Halaman Asli

Urgensi Membuka Identitas Pasien Covid-19

Diperbarui: 23 Maret 2020   13:51

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pemerintahan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Jumlah korban virus Corona dari hari ke hari terus bertambah. Hingga Minggu (22/3) sore, jumlah pasien yang positif terjangkit mencapai 514 orang, dengan 48 meninggal dunia, dan 29 orang sembuh total. Berbagai upaya penanggulangan terus dilakukan, baik oleh pemerintah pusat, pemerintah daerah, maupun masyarakat.

Hanya ada dua hal yang masih dipegang teguh untuk tidak dilaksanakan oleh pemerintah, yaitu membuka data identitas pasien Corona, dan melakukan kebijakan lockdown.

Tidak me-lockdown sepertinya masih bisa ditoleransi karena besarnya dampak yang ditimbulkan akibat kebijakan tersebut. Namun yang menjadi pertanyaan adalah, mengapa pemerintah tidak mau mengungkap identitas pasien? Padahal Ikatan Dokter Indonesia (IDI) sudah berulangkali mendesak pemerintah agar membuka identitas pasien.

Dalam hal identitas pasien ini, pemerintah terkesan menerapkan standar ganda. Di satu sisi, pemerintah menutup rapat identitas ratusan pasien. Namun di sisi lain, informasi Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi dan Walikota Bogor Bima Arya yang positif Corona ,justru dibuka secara terang-terangan ke publik.

Sulit menerka jalan pikiran pemerintah mengapa sampai menerapkan standar ganda seperti itu. Pemerintah selalu berdalih bahwa mengungkap identitas pasien berarti melanggar hak privasi orang, di samping dapat membuat panik masyarakat. 

Namun kalau memang melanggar hak privasi, mengapa identitas Budi Karya Sumadi dan Bima Arya dibuka? Dan faktanya, pengungkapan identitas Budi Karya dan Bima Arya sama sekali tidak membuat panik masyarakat.

Pengungkapan identitas pasien positif Corona sebetulnya justru sangat baik dalam mendeteksi siapa saja yang berpotensi terpapar virus berdasarkan penelusuran riwayat perjalanan si pasien.

Contoh gamblangnya adalah kasus Budi Karya Sumadi. Sejak dinyatakan positif corona pada Sabtu (14/3), riwayat kegiatannya langsung di-tracking. Dalam dua pekan terakhir, Budi Karya sempat mengikuti rapat di Istana Kepresidenan Jakarta pada 4 dan 11 Maret 2020.

Dari informasi itu, bisa diketahui siapa saja yang sempat melakukan kontak fisik dengan Budi Karya. Maka, sejumlah menteri dan pejabat yang hadir dalam rapat tersebut akhirnya kompak melakukan pemeriksaan di RSPAD Gatot Subroto. Tidak ketinggalan pula Presiden Joko Widodo turut diperiksa.

Selain pejabat negara, para wartawan yang biasa meliput di lingkungan Istana, atas inisiatif sendiri, juga melakukan pemeriksaan.

Demikian pula halnya dengan Walikota Bogor Bima Arya yang dipastikan positif Corona pada Kamis sore (19/3). Selain Bima Arya, ada 2 orang lagi yaitu pejabat pemkot dan pasien dalam pengawasan (PDP) yang sudah dirawat sebelumnya yang positif Corona.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline