Presiden Joko Widodo pertama kali memperkenalkan Staf Khusus Milenial yang berjumlah 7 orang kepada publik pada Kamis, 21/11/2019.
Ketujuh anak muda tersebut adalah Adamas Belva Syah Devara, Putri Indahsari Tanjung, Andi Taufan Garuda Putra, Ayu Kartika Dewi, Gracia Billy Mambrasar, Angki Yudistia, Aminuddin Maruf.
Sejak pertama kali diperkenalkan hingga hari ini, Selasa, 14/01/2020, berarti sudah hampir 2 bulan, tepatnya 54 hari mereka masuk dalam ring 1 Istana. Selama rentang waktu hampir 2 bulan tersebut, apa yang sudah mereka kerjakan?
Saya mencoba searching di Google dengan memasukkan kata kunci "Staf khusus milenial Jokowi". Diperoleh 983.000 hasil pencarian. Angka tersebut sebenarnya lumayan banyak untuk ukuran satu buah objek pencarian.
Namun jika ditelusuri dengan seksama, sebagian besar berita yang muncul dari hasil pencarian tadi merupakan berita tentang perkenalan pada Kamis, 21/11/2019 tadi. Selebihnya berupa ulasan tentang profil ke-7 Staf Khusus Milenial tersebut, dan sisanya berita komentar dari pengamat.
Adapun berita tentang apa saja aktivitas yang telah mereka kerjakan, hasilnya nihil. Dengan kata lain, belum ada kerja nyata dan konkret yang telah mereka lakukan selama 54 hari itu.
Mungkin jika ditanya satu per satu, mereka pun tidak tahu apa tugas dan fungsi yang harus mereka kerjakan. Apalagi Jokowi tidak memberikan pembagian tugas yang spesifik kepada ketujuh milenial tersebut.
Presiden juga menjelaskan bahwa Staf Khusus Milenial tugasnya "hanya" sebagai teman diskusi dan sebagai jembatan penghubung antara pemerintah dan generasi milenial. Jokowi pun tidak mewajibkan mereka untuk ngantor penuh waktu.
Dengan tugas dan fungsi yang hanya sebagai teman diskusi dan jam kerja yang fleksibel, gaji Rp 51 juta per bulan per orang yang mereka terima sepertinya terlalu besar. Padahal, posisi staf khusus presiden disebut-sebut setara dengan pejabat Eselon I di Sekretariat Negara.
Seorang pejabat Eselon I di Sekretariat Negara umumnya memikul beban tugas yang berat, tanggung jawab yang besar, dan bekerja tanpa kenal waktu. Jadi ada ketimpangan di sini. Dengan gaji yang sama, tapi tugas dan tanggung jawab kedua organ pemerintah tersebut jauh berbeda.
Kalau hanya sebagai teman diskusi, bukankah Presiden bisa saja memanggil mereka setiap saat jika dibutuhkan, tanpa harus mengangkat mereka sebagai staf khusus, bahkan digaji bulanan pula.