Pada tanggal 17 Juli 2017 kemarin saya ikut acara nobar bersama Komik di gedung Kompas Gramedia lt 6. Film yang kami tonton adalah film dokumenter dari Bapak Noor Huda Ismail seorang wartawan yang tinggal di Melbourne -- Australia yang tergerak hatinya melihat radikalisme yang berkembang sangat cepat.
Film dokumenter ini dibuat selama 2 tahun yaitu dari 2014 sampai 2016. Berlatar belakang seorang anak Indonesia bernama Akbar menempuh pendidikan di luar negeri, berkenalan di media sosial dan kagum melihat seseorang yang terlihat gagah mengangkat senjata. Melalui komunikasi di facebook lanjut dengan komunukasi dengan telpon akhirnya mereka terhubung antara yang satu dengan yang lain.
Sempat terbersit untuk ikut berjuang di Syria, namun akhirnya berkat doa Ibu, Akbar akhirnya memilih pulang kampung ke Indonesia walaupun beberapa temannya ada yang benar-benar pergi dan bahkan ada yang meninggal.
Media sosial itu sangat banyak manfaatnya apabila dipergunakan dengan baik, tetapi juga banyak menyimpan sisi buruk apabila orang tidak bisa memilah bacaan atau tontonan yang tersaji. Terlebih anak-anak muda yang masih labil dan mencari jati diri. Biasanya mereka mencari tokoh panutan melalui media sosial.
Rasanya punya kebanggaan tersendiri apabila mengenal orang dekat sang idola apalagi bisa berkomunikasi langsung. Kalau tokoh idola adalah orang yang baik maka besar kemungkinan para anak muda yang mengidolakan pun akan terbawa baik, tetapi akan sangat buruk apabila sang tokoh idola malah memanfaatkan para penggemar tersebut dengan mengajarkan hal-hal yang tidak baik.
Hal tersebut bisa terjadi apabila anak kurang berkomunikasi dengan orang tua, saudara maupun teman. Sehingga apa yang dilakukan si anak bisa semakin melenceng jauh dari hal yang seharusnya. Berkaca dari banyak pengalaman yang terjadi disekitar kita, mari menjaga orang-orang terdekat dari pengaruh buruk media sosial.
Setelah selesai menonton film tersebut, dilanjutkan tanya jawab dengan perwakilan dari yayasan Prasasti Perdamaian yang menjadi distributor film Jihad Selfie ke kalangan anak-anak muda, perkumpulan-perkumpulan, seokolah maupun rumah ibadah. Hal ini dilakukan agar setiap kita lebih perduli dan waspada dengan sekitar dan orang-orang yang tahu tentang radikalisme di Indonesia.
Sehabis sesi tanya jawab dilanjutkan dengan buka bersama yang disponsori oleh Gula Jawa.
Tulisan ini ada juga di bog pribadi Afriska07.blogspot.com
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H