Lihat ke Halaman Asli

Rumah Lama dan Kenangan

Diperbarui: 23 Oktober 2016   13:01

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Banner Jose Mourinho yang dibentangkan oleh fans Chelsea via Getty Images

Tidak ada yang tahu pasti apa isi hati seorang Jose Mourinho. Yang banyak orang tahu ia adalah sosok yang arogan dan kerap mengeluarkan pernyataan - pernyataan kontroversial. Tapi mengenai bagaimana ia menghadapi kondisi - kondisi yang berpotensi membangkitkan kenangan (yang bisa membuat galau), hanya Mourinho sendiri yang tahu apakah di balik ‘kemasan’ arogan yang ia tunjukkan sebetulnya ia rapuh atau tidak bila dihadapkan dengan kenangan (?)

Kondisi yang dimaksudkan di atas adalah menghadapi mantan tim asuhan. Sebelumnya Jose Mourinho sudah pernah melawan tim yang pernah ia latih, yaitu FC Porto, tim yang ia naikkan levelnya dengan menjadi jawara di UEFA Champions League. Bahkan tak tanggung - tanggung, Mourihno sempat mengukir kenangan indah bersama Porto dengan membawa Porto meraih trebble winner, sesuatu yang sangat sulit untuk diraih oleh satu tim dalam satu musim.

Akhir pekan ini kondisi pemicu galau itu akan hadir kembali dalam karir kepelatihan Jose Mourinho. Chelsea FC akan menjadi lawan Manchester United pada pekan ke - 9 Premier League 2016/2017. Laga dua tim besar ini akan dihelat di kandang Chelsea, yaitu Stamford Brigde - rumah lama yang tak asing lagi bagi Jose Mourinho.

Kembali ke Rumah (Lama)

Laga MU melawan Chelsea bakal memulangkan Mou ke rumahnya yang lama. Stamford Bridge menjadi arena pertama ia mulai merintis karir manajerialnya di Negeri Elizabeth. Menangani Chelsea dengan 2 periode yang berbeda (tahun 2004 - 2007 dan tahun 2014 - 2016), Mourinho sudah barang pasti akrab dengan atmosfer Stamford Bridge yang menjadi kandang dari The Blues.

Nyayian, tepuk tangan maupun sorakan yang diberikan oleh fans Chelsea di stadion selama pertandingan berjalan sudah menjadi ‘menu wajib’ Jose Mourinho saat menangani Chelsea. Semua hal tadi sepertinya sudah cukup untuk membuat Jose Mourinho merasa kerasan dan nyaman di Stamford Bridge dalam beberapa tahun kepelatiannya di Chelsea, hingga akhirnya musim 2015/2016 bergulir dan rumah yang ia tempati mulai tidak sekondusif sebelumnya.

Kenangan Pahit Terjun Bebas

Takkan ada yang menyangka musim 2015/2016 menjadi musim paling ‘aneh’ dalam karir The Special One- julukan Jose Mourinho. Setelah kembali ke pelukan Chelsea musim 2014/2015 dan menghadirkan titel juara Premier League musim tersebut, peringkat The Bluesterseok - seok di awal kompetisi Premier League 2015 / 2016. Bila batas kewajaran melorotnya prestasi sebuah tim adalah turun 5 peringkat di awal Premier League, Chelsea asuhan Mourinho pada saat itu meraih pencapaian yang lebih buruk.

Tengok saja misalnya pada 11 pertandingan perdana Premier League musim lalu. Berstatus sebagai juara bertahan, Chelsea hanya bisa meraih 11 poin dari 11 pertandingan yang sudah dijalankan serta menempati urutan ke-15 klasemen sementara. Sebuah catatan yang sangat mengejutkan dari tim juara bertahan yang sebetulnya tidak melakuan perombakan besar - besaran dalam skuadnya. Saat itu Chelsea masih diperkuat oleh pemain - pemain yang mengantarkan mereka jadi jawara seperti Eden Hazard, Diego Costa, Oscar dan John Terry. Jelas saja kondisi tersebut membuat dukungan fans Chelsea terpecah. Ada yang menginginkan Mourinho diganti saat itu juga, ada pula yang berpendapat Chelsea harus memberi kesempatan bagi Mourinho.

Pecahnya dukungan fans ini semakin menjadi - jadi kala tragedi Mourinho dengan dokter tim, Eva Caneiro muncul dan terpanaskan oleh media. Selain itu, kabar - kabar mengenai adanya beberapa pemain yang sudah tidak ‘sreg’ lagi dengan Mourinho membuat rumah yang ia tinggali semakin tidak kondusif. Peningkatan performa tim yang diharapkan tak kunjung datang hingga hampir setengah musim kompetisi berjalan. Pertengahan Desember 2015, Mourinho dan Chelsea sepakat berpisah yang berarti Mourinho harus meninggalkan Chelsea untuk kedua kalinya.

Kejadian terjun bebas Chelsea musim lalu kini telah menjadi kenangan pahit bagi Jose Mourinho. Kini ia akan kembali datang ke tempat yang sama dengan status yang berbeda, sebagai manajer Manchester United. Di atas segala kenangan manis dan pahit yang dijalani bersama Chelsea, mungkin saja Mouniho akan sedikit baper, tapi saat ini dirinya mesti bersikap profesional karena inkonsistensi permainan United saat ini perlu ia selesaikan bila tak ingin sesuatu yang buruk kembali menimpanya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline