Lihat ke Halaman Asli

Alih Fungsi Lahan Pertanian yang Berdampak Buruk

Diperbarui: 4 April 2017   16:46

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kegiatan manusia sekarang bisa jadi lebih merusak kesehatan bumi kita. Mulai dari pemerintah, pelaku industri sampai diri kita sendiri, semua telah melakukan tindakan perusakan. Perusakan yang kita lakukan ini dapat menganggu keseimbangan alam dan berdampak pada diri kita sendiri. Contohnya saja, sawah- sawah yang ada di Indonesia saat ini semakin berkurang akibat dilakukannya pengalihan lahan. Sawah- sawah diubah menjadi bagunan- bangunan industri, perumahan, dan lain sebagainya. Hal ini sangat berpengaruh terhadap keadaan alam kita, hasil produksi beras dan nasib dari para petani sendiri. Seperti kasus yang sedang terjadi yaitu, pengusaha padi dan beras menuding banyaknya alih fungsi lahan pertanian menyebabkan kebutuhan beras dalam negeri tak bisa dipenuhi.

Petani Desa Pabuaran Purwokerto Utara sedang memanen padi di sawahnya, Jumat (4/11). Harga gabah kering panen mencapai Rp 4.300 perkilogram. Usai panen, petani akan langsung mengolah tanahnya untuk ditanami kembali.

“Lahan pertanian semakin kurang akibat pembangunan. Padahal banyak lahan bagus untuk pertanian tapi dialih fungsi untuk industri,” kata Ketua Komunitas Pengusaha Padi dan Beras (KPPB) Endro Sulistiyono saat musyawarah nasional KPPB di Kota Semarang, Minggu, 29 Mei 2016.

Endro mengaku tak punya data valid tentang berkurangnya lahan produksi. Namun, katanya, kebutuhan beras nasional selalu berkurang dan membuat pemerintah selalu mengimpor. Alasan lain, menurut Endro, sebab kualitas beras yang masuk Bulog masih kurang bagus karena banyak yang patah (menir). “Karena saat ini kualitas padi saat musim tanam pertama tahun 2016 ini kurang baik,” ujarnya.

Endro meminta agar pemerintah ikut bertanggung jawab menyiapkan produksi beras lokal agar tak redup dalam pasar persaingan Masyarakat Ekonomi ASEAN. "Agar tak redup di tengah banjir pangan murah MEA,” katanya.

Berdasarkan data dari buku berjudul Penyelamatan tanah, air, dan lingkungan menyatakan, “Areal padi sawah di Pulau Jawa (dan sebagian kecil di luar Pulau Jawa) terus mengalami proses alih fungsi lahan pertanian ke non pertanian yaitu sebesar 103.480 ha pada periode 1979-1999, sekitar 55,78% lahan yang beralih fungsi tersebut adalah lahan sawah. Dari total lahan sawah yang beralih fungsi, sekitar 84% justru terjadi di Jawa. Pada periode 1999-2000, luas lahan sawah di Pulau Jawa terus mengalami penurunan dengan laju penurunan rata-rata 0,21%.”

Sungguh memprihatinkan mengetahui data dari beberapa tahun yang lalu, karena disaat itu saja pengalihan sawah telah marak terjadi, apalagi sekarang ini yang adalah era globalisasi. Para pelaku bisnis maupun pemerintah lebih mementingkan pembangunan dari pada kelestarian sawah yang adalah alam juga.   

Tuhan menciptakan manusia untuk menguasai bumi, sudah pasti antara bumi dan manusia memiliki hubungan timbal balik. Manusia mengolah bumi dan bumi menghasilkan bagi manusia. Allah membuat bumi sebagai tempat tinggal yang asri bagi umat manusia. Ia menyatakan bahwa semua karya-Nya ”sangat baik” dan menugasi manusia ”untuk menggarap bumi dan mengurusnya”. (Kejadian 1:28,31;2:15) Bagaimana perasaan Allah melihat kondisi bumi sekarang ini? Jelaslah, Ia sangat kecewa dengan pengelolaan yang salah. Seperti kasus diatas yaitu terjadinya pengalihan lahan yang membuat sawah semakin berkurang dan berdampak pada kesejahteraan pangan masyarakat Indonesia.  Karena itu, telah diingatkan kepada manusia didalam (Wahyu 11:18) menubuatkan bahwa Ia akan ”membinasakan orang-orang yang sedang membinasakan bumi”. Karena itu, kita hendaknya tidak bersikap masa bodoh terhadap apa yang sedang terjadi atas bumi ini.

Karena itu perlu dilakukan pencegahan dan pengendalian terhadap adanya alih fungsi, mengingat: (1) Konversi lahan sawah beririgasi teknis adalah ancaman terhadap upaya untuk mempertahankan swasembada pangan nasional, (2) dari segi lingkungan dan pelestarian sumberdaya alam, ekosistem sawah ternyata relatif stabil dengan tingkat erosi yang relatif kecil, dan (3) dari sudut pandang stuktur sosial budaya masyarakat Indonesia, alih fungsi lahan sawah akan menyebabkan ketidakseimbangan hubungan sistematik antara pelaku usaha pertanian dan lahannya karena sawah merupakan pengikat kelembagaan perdesaan sekaligus menjadi public goodyang mendorong masyarakat pedesaan bekerjasama lebih produktif.

Jika pencegahan telah dilakukan, maka petani tidak akan kehilangan mata pencahariannya dan Indonesia tetap dapat memproduksi beras sehingga mencukupi kebutuhan pangan di dalam negara sendiri.        

Baru- baru ini kabarnya masalah kekurangan beras dapat sedikit teratasi. Menurut Endro, produksi beras lokal saat ini punya prospek lebih baik, apalagi harga pembelian pemerintah lebih tinggi dari harga pasaran, yang mencapai Rp 7.300 per kilogram dan gabah kering giling Rp 3.700 per kilogram.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline