Lihat ke Halaman Asli

Sitha Afril

BINUSIAN

Sebuah Obrolan di Kamar Kos

Diperbarui: 28 Mei 2020   05:08

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Hari itu, dia kurang enak badan. Dia bilang, kepalanya pusing dan memang, sesekali dia semprat-semprot ingus. Tisu yang digunakannya untuk menampung lendir dari hidungnya pun sudah menggunung di tempat sampah yang berada di sebelah ranjang. Nanti kalau sudah benar-benar penuh, baru aku buang. Haha.

Oh iya, sepertinya, akhir-akhir ini cuaca mulai tidak bersahabat dengan mahasiswa yang selalu begadang seperti dia. Manusia bandal yang akan tetap mengiyakan ajakan nongkrong teman-temannya, sekalipun badan dia sendiri hampir tumbang. Katanya sih, wujud solidaritas dan tanda kesetiakawanan. Tapi, kalau sudah sakit, aku yang repot merawat, bukan temannya.

"Mau makan apa kau, Bang?" tanyaku yang sedari tadi duduk di kursi belajar sambil melihatnya golat-golet di kasur.

"Apa enaknya, ya?" jawabnya dengan malas-malasan.

Aku benci kalau sudah begini. Pasti ujung-ujungnya akan ada debat kusir untuk menentukan makanan apa yang akan dimakan. Jadi, kalau ada yang bilang perempuan adalah satu-satunya makhluk paling ribet yang suka bilang terserah dalam menentukan pilihan, aku pikir mereka salah. Mereka harus bertemu dengan lelakiku yang gemar membalikkan pertanyaan untuk memantik debat dalam menentukan pilihan sepele.

Sepuluh menit sudah kami berlempar tanya soal makan apa dan di mana, hingga akhirnya terdengar ketukan pintu yang menghentikan perdebatan kami.

Tok...Tok..., "Bang? Kak?", sayup suara terdengar selepas bunyi ketukan di pintu.

"Firmannya itu?" tebak lelakiku.

"Iya nampaknya, Bang! Cobalah aku buka, ya!" kataku yang lantas beranjak untuk membukakan pintu.

Kami memang sering satu kos bersama di siang hingga sore hari. Kadang juga malam, tapi tidak pernah kami menginap bersama karena kami berusaha patuh pada apa yang seharusnya kami ikuti. Yaaaa, meskipun kadang, kami sama-sama sadar bahwa roh memang penurut, tetapi daging lemah. Begitu kira-kira kalimat dari hasil kutipan Alkitab yang sering diulang lelakiku. Kutipan yang asing bagiku karena memang kitab kami berbeda. Haha, skip! Bisa ngelantur kalau dibahas. Jadi, back to topic!

Aku membuka pintu dan benar saja, ternyata tamu itu adalah Firman. Adik kandung lelakiku dan mungkin, akan menjadi calon iparku. Hehe.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline