Lihat ke Halaman Asli

Sitha Afril

BINUSIAN

Puisi | Lamun di Tepi Toba

Diperbarui: 24 Mei 2020   23:31

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Aku kira, tepian Toba di malam hari tidak akan sedingin ini. Ternyata aku salah, Mas. Toba lebih dingin dari kita yang telah canggung. Semilir anginnya menusuk jantungku yang sudah lama mengerang karena terinfeksi luka darimu.

Oh, salah, salah.

Bukan darimu, tapi dariku sendiri. Iya, dari aku yang dulu sepercaya itu pada harap-harap semu. Harap yang selalu aku diktekan pada Tuhan, sekalinya aku tahu bahwa kemustahilan adalah ujung dari setiap paksaan yang aku tuntutkan.

Tapi meskipun begitu, aku tetap bersyukur telah menginjakan kaki di danau yang selalu kamu banggakan. Danau yang sering kamu ceritakan keelokannya dengan penuh semangat dan danau yang dulu sempat kamu janjikan akan menjadi tempat kita membunuh waktu selanjutnya.

Kini, semua itu hanya menjadi pemantik lamunku yang mulai nyaman dengan semilir angin dan suara air danau yang sayup-sayup terdengar gemericik.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline