Lihat ke Halaman Asli

Afriantoni Al Falembani

Dosen dan Aktivis

Ekonomi Desa Bangkit, Belajar dari Desa Ponggok

Diperbarui: 28 April 2018   17:15

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

(KOMPAS/FERGANATA INDRA RIATMOKO)

Sebenarnya tidak ada yang istimewa di desa Ponggok. Entah mengapa desa ini begitu viral dan mendadak terkenal. Ditambah lagi, Sri Mulyani ekonom dunia mau ber sefli dengan kepala Desa Ponggok.

Desa ini berada di kecamatan Polanharjo, Kabupaten Klaten, Jawa Tengah dan termasuk desa tertinggal, miskin, pengangguran, dan rentenir hampir setiap hari. Bank keliling bukan memperbaiki ekonomi rakyat justru malah menambah kemiskinan di desa itu.

Pada tahun 2006 pemilihan Kepala Desa  (Kades) terpilih Bapak Junaedhi Mulyono menjadi Kades dan dalam janjinya kepada masyarakat Desa Ponggok dia bersumpah akan totalitas mengabdi untuk memberikan manfaat bagi masyarakat di desa agar maju dan sejahtera.

Sesuai janjinya, Junaedhi mulai melakukan kunjung ke masyarakat dan mengajak mereka menceritakan berbagai masalah desa. Berdasarkan temuan bersama masyarakat Desa Ponggok. Junaedhi langsung menyurati LPPM UGM untuk memohon dikirim mahasiswa KKN tematik. Tidak berapa lama, langsung dijawab oleh pihak UGM dengan skema mengirim 3 gelombang penelitian untuk mahasiswa.

Gelombang pertama. Gerakan dan tugas mahasiswa KKN pertama fokus mendata kemiskinan dan pengangguran. Pada tahap ini semua mahasiswa mencari data yang berkaitan penyebab kemiskinan dan pengangguran, serta apa harapan bagi pengembangan desa.

Gelombang kedua. Mahasiswa yang diutus untuk KKN gelombang kedua ini mahasiswa mulai mendata potensi desa. Apapun yang ada di desa semua di data baik berupa barang bergerak maupun tidak, bahkan setiap orang di desa semua di data dengan tujuan untuk melihat besarnya potensi daerah ini.

Gelombang ketiga. Mahasiswa pada KKN gelombang ke 3 ini bertujuan memetakan pemberdayaan ekonomi masyarakat desa yang bisa menjadi andalan dan dapat meningkatkan pendapatan serta kesejahteraan masyarakat Desa Pondok.

Berdasarkan kegiatan mahasiswa tersebut yang menggunakan dengan database yang lengkap Junaedhi mulai bergerak untuk membangun  Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) yang berpotensi pariwisata air di desa tersebut. Akhirnya, dari apa yang dilakukan pihak UGM bersama mahasiswanya kini benar-benar digarap pariwisata air secara optimal. Perikanan dan Pertanian dikawal dengan baik. Akhirnya, para wisatawan mulai berdatangan.

Menurut Junaedhi, besaran dana desa yang diterima pada tahun 2017 sebesar Rp 800 juta. Sehingga dana tersebut dimanfaatkan untuk mengembangkan BUMDes dan pembangunan infrastruktur desa. Objek wisata Umbul Ponggok ini merupakan salah satu realisasi pengelolaan dana desa tersebut.

Berkaitan dengan apa yang dilakukan oleh Junaedhi memperoleh apresiasi dari Sri Mulyani seorang ekonom dunia dan juga Menteri Keuangan RI terkait keberhasilan Junaedhi dalam pengelolaan dana desa yang selama ini dilakukan oleh Desa Ponggok. Dalam bincang-bincangnya dengan Kepala Desa Ponggok, Sri Mulyani bertanya soal besaran dana desa yang diterima dan pemanfaatannya.

"Dana desa (yang kami terima) pada 2015 Rp 300 juta sekian, kemudian Rp 600 juta, sekarang Rp 800 juta. Jumlah penduduk 2.300 orang, 700 kepala keluarga. Mimpinya mengembangkan holding yang ada di BUMDES. Kami di situ terpecah antara Desa dan BUMDes. Kalau di desa nanti fokus di pelayanan," jelas Junaedhi.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline