Saat ini, pandemi Covid-19 masih terus bermutasi di berbagai negara di dunia. Menurut Youswohady, Marketing Expert Inventure Consulting , terjadi perubahan besar perilaku konsumen atau Megashift Consumer Behaviour selama pandemi Covid-19. Perubahan perilaku konsumen menjadi 10 kali lebih besar dengan laju 10 kali lebih cepat. Hal ini seiring dengan adanya gaya hidup, preferensi, prioritas, dan pola pengambilan keputusan pembelian konsumen yang sama sekali baru.
Perubahan pertama, stay at home lifestyle. Sejak 2020, pemerintah Indonesia menganjurkan gaya hidup baru di masyarakat. Stay at home lifestyle yaitu melakukan segala aktivitas dari rumah, mulai dari bekerja, belajar, hingga beribadah.
Selain itu, kebutuhan masyarakat kembali menjadi kebutuhan dasar. Kesehatan menjadi sangat penting karena risiko kematian akibat Covid-19 cukup tinggi. Lalu kebutuhan terhadap koneksi internet meningkat karena kita tidak bisa melakukan kegiatan dari rumah tanpa internet.
Adanya pandemi Covid-19 membuat masyarakat menghindari terjadinya kontak fisik dan beralih untuk melakukan berbagai aktivitas secara virtual atau online. Perubahan ini juga membuat belanja online menjadi salah satu alternatif untuk memenuhi kebutuhan.
Perubahan perilaku konsumen dan gaya hidup masyarakat membuat kebutuhan terhadap koneksi internet meningkat tajam semenjak pandemi Covid-19. Internet menjadi kebutuhan penting dan solusi untuk melakukan produktivitas serta kreativitas masyarakat.
IndiHome, layanan produk fixed broadband dari PT Telkom Indonesia. Gesit merespons perubahan dan memanfaatkan momentum. Jumlah pelanggan baru IndiHome tercatat tumbuh pesat selama pandemi Covid-19. Berdasarkan data PT Telkom Indonesia per Februari 2022, jaringan IndiHome berhasil menjangkau 496 kota dengan 8,6 juta pelanggan. Dengan pencapaian besar ini, tentu pantas bila IndiHome mendapat julukan internetnya Indonesia.
Pandemi Covid-19 juga mendorong terjadinya perubahan di dunia pendidikan maupun dunia kerja. Dunia pendidikan dipaksa untuk memberlakukan pembelajaran jarak jauh dan harus mampu cepat beradaptasi dengan sistem digital. Industri dipaksa mempercepat proses digitalisasi dalam proses produksi dan distribusi, serta dituntut meningkatkan efisiensi. Era revolusi industri 3.0 dan 4.0 akan fokus pada industri yang didominasi oleh otomatisasi dan perangkat produksi yang dikendalikan melalui sistem berbasis internet.
Sementara itu, saat ini Indonesia telah memasuki masa bonus demografi dengan jumlah penduduk usia produktif (15-64 tahun) sebesar 70,72%. Bonus demografi merupakan kondisi yang terjadi saat jumlah penduduk usia produktif lebih besar dibanding usia nonproduktif dengan proporsi lebih dari 60% dari total jumlah penduduk. Hal ini bisa menjadi kesempatan bagi Indonesia untuk melakukan berbagai percepatan pembangunan dengan dukungan sumber daya manusia (SDM) berusia produktif yang melimpah.
Namun demikian, kesempatan ini tidak akan mampu mendorong kemajuan ekonomi nasional secara signifikan jika berbagai persoalan di sektor ketenagakerjaan tidak diselesaikan dengan baik.
Selain kebutuhan penciptaan lapangan kerja yang luas, kemajuan dan perkembangan teknologi akan berpengaruh besar terhadap pasar tenaga kerja. Besarnya sumber daya manusia (SDM) berusia produktif harus diimbangi dengan kualitas yang mampu bersaing secara global.
Di sisi lain, terjadi kesenjangan sumber daya manusia (SDM) di daerah dan kota. Hal ini terjadi akibat kesempatan memperoleh akses terhadap sarana prasarana sosial ekonomi tidak setara. Kesenjangan ini menjadi tantangan pembangunan di masa depan, terutama dalam penyebaran demografi antar wilayah, infrastruktur, dan prasarana utama yang berkualitas seperti rumah sakit atau perguruan tinggi.