Lihat ke Halaman Asli

afriana setiawan

Ans - Writer and Author

Luka Hati dan Fisik Pasca Perceraian

Diperbarui: 7 Oktober 2023   11:22

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dibuat dengan AI image generator

Berpisah dengan cara baik - baik.

Ini pasti diinginkan oleh semua orang yang mengambil keputusan untuk berpisah. Namun demikian faktanya lebih banyak perpisahan terjadi dengan di awali pertengkaran suami istri. Pertengkaran yang kemudian diwarnai dengan kekerasan. Baik kekerasan fisik maupun kekerasan verbal.

Keduanya meninggalkan luka. Luka di tubuh dan luka di hati. Kedua luka ini sama perlu diobati. Luka di fisik mungkin membutuhkan pertolongan medis untuk menyembuhkan. Namun apa yang ada di balik luka itu yang lebih penting lagi untuk obati. Luka hati karena kekerasan fisik yang bisa dilakukan oleh siapapun baik pria atau wanita. 

Seringnya seorang wanita yang menjadi korban kekerasan fisik. Karena secara tenaga dan kekuatan wanita memang tidak sebanding dengan pria. Kalah tenaga inilah yang oleh beberapa pria dimanfaatkan sebagai celah untuk melampiaskan emosi dan kemarahan. Dalam posisi ini terlepas dari fakta dan kebenaran masalahnya memang wanita yang menjadi korban. 

Keinginan membalas namun tidak bisa dilakukan. Perasaan direndahkan dan tidak dihargai menjadi bagian dibalik luka fisik ini. Melakukan fisum dan pengobatan kedokteran. Meminta dukungan dan perlindungan adalah salah satu bentuk penyelamatan yang bisa dilakukan oleh siapapun yan mengalami kekerasan fisik di dalam rumah tangga.

Luka hati karena kekerasan verbal juga seringkali terjadi. Luka ini mungkin tidak terlihat namun efek jangka panjang tetap memungkinkan terjadi. Efek yang bisa mengakibatkan seseorang merasa bahwa perceraian adalah kesalahannya semata. Bahwa apa yang terjadi adalah tanggung jawabnya. Bahwa hubungan yang berantakan adalah kebodohannya. Bahwa dirinya buruk, dirinya tidak layak dan tidak berharga.

Luka hati akibat kekerasan verbal ini bisa mengakibatkan seorang memiliki emosi yang tidak stabil atau bahkan depresi. Memberikan efek pada caranya menyikapi dan membentuk hubungan sosial dengan sekitar. Dan pada akhirnya mempengaruhi hidupnya secara keseluruhan.

Seseorang dengan luka batin akibat kekerasan verbal perlu penyembuhan. Banyak metode penyembuhan yang sekaranng ditawarkan. Biak pemuka agama, mentoring, coaching, jasa profesional atau bahkan pada teman yang bisa memeluk dan memberikan dukungan positif pun bisa cukup meringankan. Semua penyembuhan bersifat perlahan dan bertahap. Namun membiarkan luka batin dengan memendamnya secara berkepanjangan bukanlah sebuah pilihan yang bijak.

Dalam sebuah hubungan ketika kewarasan diri dan keselamatan mulai terancam, memang satu - satunya cara adalah dengan keluar dari hubungan tersebut. Karena tidak mudah untuk merubah perilaku pasangan. Yang bisa membuat seseorang berubah adalah diri mereka sendiri. Jika kesadaran dari dalam diri tidak muncul maka sebesar apapun upaya pasangan biasanya tidak akan berhasil.

Berpisah dengan cara baik - baik itu adalah sebuah istilah. Dan faktanya tidak ada perceraian yang baik - baik saja. selalu ada rasa yang tertinggal disana. Baik perasaan gagal, sedih, kecewa , marah dan terluka. Semua membutuhkan proses untuk sembuh. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline