Lihat ke Halaman Asli

Drone Mapping Untuk Penanggulangan Banjir

Diperbarui: 28 Agustus 2021   10:15

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Alam dan Teknologi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Anthony

Indonesia merupakan wilayah dengan bentuk geografis dan topografi yang beragam. Tidak hanya dataran, Indonesia dibentuk oleh gunung-gunung berapi aktif dan dikenal pula sebagai wilayah the ring of fire. Jumlah gunungapi aktif di Indonesia adalah 129. Banyaknya gunung dan dataran juga mempengaruhi jumlah sungai dan arah alirannya. Jika tidak dikelola dengan baik, sungai-sungai ini akan menjadi sumber berbagai bencana. Salah satu bencana yang paling sering terjadi adalah banjir akibat luapan sungai yang .

Menurut Badan Pusat Statistik Indonesia (2018) seperti yang terlihat pada gambar berikut, bencana yang paling banyak berdampak terhadap desa/kelurahan di Indonesia adalah banjir. Bencana ini mencakupi 30,5% dari seluruh desa/kelurahan terdampak bencana. Angka yang sangat tinggi dengan dampak pada kerugian yang juga tinggi. 

Di Kota Bandung sendiri, desa/kelurahan yang terdampak banjir tergolong sangat tinggi. Seperti yang terlihat pada gambar di bawah bahwa terdapat lebih dari 30 desa/kelurahan yang terdampak banjir sehingga diperlukan intervensi yang lebih inovatif agar segera bisa menyelesaikan persoalan banjir yang terus berulang setiap tahunnya (BPS Kota Bandung, 2021).

Salah satu penyebab terjadinya banjir adalah luapan air sungai. Sungai yang sering memicu terjadinya banjir di Kota Bandung adalah Sungai Citarum. Berdasarkan situs resmi Citarum, sungai ini tergolong terpanjang di tataran pasundan Jawa Barat () dengan panjang aliran sebesar 270 Km. Selain panjangnya, sungai ini juga dikenal dari tingginya dampak banjir pada daerah di sekitarnya yang tidak bisa dibilang kecil. Pada tahun 2020, luapan sungai citarum menggenang di 3 kecamatan di Kota Bandung sehingga berdampak  pada 23 ribu hunian dengan korban jiwa sebanyak 80 ribu (Ritonga, 2020). Bahkan tidak hanya di Kota Bandung. Sejumlah tempat di Provinsi Jawa Barat, seperti Bekasi yang dikutip Aida (2021), Karawang yang dikutip Ayuningtyas (2021), dan lainnya juga terdampak luapan air Sungai Citarum dengan pemetaan lebih detil dapat dilihat pada peta di bawah.

Berbagai jenis usaha telah dilakukan untuk mengurangi dampak dari bencana ini, seperti melakukan analisis yang lebih dalam, pembangunan terowongan, normalisasi sungai, pembangunan tanggul, melakukan pengawasan secara berkala dengan drone mapping, dan masih banyak lagi yang diwujudkan secara struktural maupun nonstruktural. Salah satu bentuk yang paling sederhana dan efektif adalah dengan memanfaatkan teknologi drone. 

Drone atau aerial vehicle adalah pesawat terbang yang diterbangkan tanpa pilot, penumpang, ataupun awak kapal. Penggunaan drone tidak hanya untuk membuat video aftermovie tapi juga bermanfaat untuk membuat inovasi di banyak bidang keilmuan. Seiring berkembangnya zaman, penggunaan drone semakin canggih hingga dapat membuat peta di wilayah tertentu. Inovasi ini meningkatkan efektivitas pembuatan peta karena biaya yang relatif rendah serta waktu pembuatannya yang bisa jauh lebih cepat dari pembuatan peta manual, khususnya untuk daerah atau wilayah yang susah dijangkau, baik karena topografinya ataupun lokasinya yang memiliki aksesibilitas rendah. 

Kualitas gambar dan tingkat ketelitian yang tinggi dari hasil foto udara menjadikan drone sebagai alat alternatif unggulan dalam menanggulangi masalah. Salah satunya adalah untuk menyelesaikan persoalan banjir. Penggunaan drone dapat dimanfaatkan untuk menyusuri sungai dan mengidentifikasi sumber luapan sungai yang dapat memicu banjir. Hal ini jauh lebih efektif karena menyusuri sungai dengan observasi langsung oleh manusia membutuhkan waktu dan tenaga yang tidak sedikit. Metode ini sudah digunakan di berbagai tempat yang bisa dijadikan contoh atau acuan dalam mitigasi bencana.

Kulonprogo adalah salah satu kabupaten yang menjadi delineasi wilayah analisis untuk penanganan banjir dengan menggunakan drone (Suroso, 2019). Drone yang diujicobakan bisa mengambil foto udara seluas 1km hanya dalam 15 menit sehingga pada akhirnya mendapat apresiasi dari pemerintah setempat. Dalam sebuah paper yang ditulis oleh Srikudkao, Khundate, So-In, Horkaew, Phaudphut, Rujirakul pada tahun 2015, disebutkan pula bahwa dribe naooubg akan sangat bermanfaat untuk menentukan peringatan serta sistem prediksi banjir.

Namun, inovasi drone mapping juga memerlukan adaptasi teknologi yang harus disesuaikan, khususnya dalam hal pengetahuan.Pengguna drone harus memahami cara menggunakan drone untuk melakukan foto udara serta bagaimana mengolah foto yang telah didapatkan agar dapat mendapatkan hasil yang diharapkan karena tidak semua drone bisa digunakan untuk melakukan pemetaan. 

Referensi:

Aida, N. R. (2021, February 21). Jebolnya Tanggul SUNGAI CITARUM Sebabkan Banjir Di 4 desa Di Bekasi Halaman all. KOMPAS.com. https://www.kompas.com/tren/read/2021/02/21/204500165/jebolnya-tanggul-sungai-citarum-sebabkan-banjir-di-4-desa-di-bekasi?page=all.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline