Lihat ke Halaman Asli

Satu Titik

Diperbarui: 24 Juni 2015   09:44

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Satu Titik

Dirinya pasrah
Bertekuk lutut berlumuran darah
Sambil mencium aroma tanah
Mengangkat kedua tangan dengan pose menadah

Satu persatu nama disebutkan
Semua orang disalahkan
Lontaran kata penuh kebencian
Caci maki tentang kehidupan

Semesta seakan menangkap apa yang dirasakan
Gemeruh petir datang mencenangkan
Hingga dirinya sadar berada disatu titik yang membuatnya tersadarkan
Hidup bukan untuk disesalkan

Akhirnya ia bangkit menatap langit
Berdiri tegak dengan mata menyeringit
Lalu berlari sekencang-kencangnya dengan gesit
Tanpa menghiraukan senyuman sengit




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline