Lihat ke Halaman Asli

aflakhah auliaul

Mahasiswa Universitas Airlangga

Obat Tradisional Sebagai Solusi Penyembuhan Penyakit Sejak Zaman Dahulu

Diperbarui: 24 September 2024   23:11

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ruang Kelas. Sumber Ilustrasi: PAXELS

Kita pasti sering menjumpai masyarakat di sekitar kita yang masih mengandalkan obat tradisional sebagai solusi dalam penyembuhan sebuah penyakit. Obat tradisional ini lebih diandalkan karena dianggap sebagai obat herbal. Sebutan tersebut selaras dengan bahan baku pembuatannya karena obat tradisional sendiri ialah sebuah racikan obat yang bahan bakunya berasal dari bahan alami. Obat ini telah dikenal, digunakan, dan dikembangkan sejak dahulu kala di tengah-tengah masyarakat kemudian diturunkan kepada anak cucu masing-masing secara berkelanjutan didasarkan ramuan dari nenek moyang terdahulu, adat istiadat setempat, serta kepercayaan warga sekitar.

Penggunaan obat tradisional masih berlangsung hingga kini dikarenakan tingkat kepercayaan masyarakat akan khasiat yang dimiliki serta keamanan yang lebih terjamin karena berasal dari bahan alami. Berdasarkan hasil pembuktiannya, obat tradisional dapat dibedakan menjadi 3 jenis. Yang pertama adalah jamu. Jamu ialah salah satu obat tradisional yang biasanya disajikan dalam bentuk minuman dengan pembuktian keamanan serta khasiat melalui data yang dapat diamati oleh indera manusia atau sering disebut data empiris. Yang kedua adalah OHT atau obat herbal terstandar. Metode untuk membuktikan keamanan dan khasiat pada obat ini berbeda dengan jamu yaitu menggunakan uji praklinik atau uji invivo serta bahan bakunya telah distandarisasi. Yang terakhir adalah fitofarmaka. Obat ini naik satu tingkat dari obat herbal terstandar pada metode pembuktian keamanan dan khasiatnya. Fikofarmaka tidak hanya menggunakan uji praklinik, tetapi terdapat uji klinik juga. Selain itu, bahan baku serta produk jadinya juga telah distandarisasi.

Indonesia menjadi salah satu negara yang penduduknya kerap kali menggunakan obat tradisional di kehidupan sehari-hari. Tidak hanya di Indonesia, sekitar 80 persen dari seluruh penduduk di dunia pun masih menggunakan obat tradisional (WHO). Banyak faktor yang menjadi penyebab masyarakat tetap mengonsumsinya selain bahannya yang alami. Mulai dari kebiasaan orang-orang di sekitar yang masih mengonsumsi serta menyarankan obat tersebut pada orang-orang terdekat karena adanya kepercayaan akan khasiat yang dihasilkan di dalam tubuh mereka. Hal tersebut yang kemudian memunculkan sebuah persepsi positif mengenai obat tradisional di dalam pemikiran seseorang lalu mendorong dirinya untuk membuktikan sendiri manfaat yang didapat dari pengobatan tersebut.

Selain faktor masyarakat terhadap berlangsungnya pemakaian obat tradisional hingga masa kini, pemerintah juga mengambil peran penting dalam eksistensi obat tradisional. Hal tersebut ditandai dengan pemerintah sebagai pemberi izin operasional dan wewenang untuk memonitor izin tersebut, pemerintah sebagai penyedia layanan administrasi pada proses perizinan, serta pemerintah sebagai pengawas dalam pengedaran obat tradisional. Partisipasi pemerintah dibutuhkan supaya obat tradisional yang diedarkan di pasar terjamin keamanannya dan tidak menyalahi peraturan yang berlaku.

DAFTAR PUSTAKA

Amaano, Lincah, dan Murnihati, 2022. Pemanfaatan Daun Sirih Hijau (Piper Betle L) sebagai Obat Tradisional di Kecamatan Lahusa. Jurnal Pendidikan Biologi, 3(1), hlm 2.

Ilham, Imam, 2024. Peran Pemerintah Daerah Provinsi Jawa Barat dalam Perizinan Usaha Kecil Obat Tradisional. Jurnal Aspirsi, 14(1), hlm 52.

Jaldi, Meitiana, dan Yoga, 2021. Pengaruh Budaya, Persepsi, dan Kepercayaan Terhadap Keputusan Pembelian Obat Tradisional di UKM Pasar Kahayan Palangka Raya. Jurnal Ekonomi Pembangunan, Manajemen dan Bisnis, Akuntansi, 1(1), hlm 10-11.

WHO. 2019. WHO Global Report on Traditional and Complementary Medicine 2019. Jenewa: hlm. 45. ISBN 978-92-4-151543-6.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline