Lihat ke Halaman Asli

Alfina Khasanah

Menulis adalah jalan ninjaku.

Cerpen | Teruntuk Kamu, Cinta dalam Diamku

Diperbarui: 21 Maret 2019   16:43

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Kamu tahu? Kadang rasanya berat terus menatapmu dari belakang, tanpa kau tahu itu. Menyukaimu secara diam, tanpa kau tahu keberadaanku. Rasa-rasanya ingin sekali aku menatapmu lalu berkata jujur di hadapanmu tentang perasaanku. 

Semua hal kecil darimu aku paham betul, kamu yang menyukai es krim, kamu yang membenci rumput dan kamu yang menyayangi seekor kelinci di rumahmu bernama Mahmud. 

Mungkin, bagi beberapa orang hal itu sama sekali tak bermanfaat, tapi bagiku itu lucu. Dan sebenarnya, kisah ini juga lucu. Aku, mencintaimu tanpa sebuah kata. Dan aku mencintaimu tanpa meminta sebuah balas rasa. Bertegur sapa saja, kita tak pernah. Tapi, anehnya aku mencintaimu, dalam diamku.

Kau selalu hadir dalam lima waktuku. Namamu lah yang selalu kusuarakan saat aku selesai bersujud pada Tuhanku. Di hadapan Tuhanku, aku menceritakan semuanya. Menceritakan tentang kamu, tentang Mahmud, tentang keluargamu, tentang teman-temanmu. Semuanya tentangmu.

Tapi, untuk berkata padamu, rasanya sulit. Sangat susah bagiku untuk berucap "Aku cinta kamu."

Dan, di sinilah aku berada. Di balik sebuah celah pintu berwarna cokelat yang mulai menua dimakan usia, aku menatapmu bersama seorang gadis cantik. Aku tahu gadis itu, dia Anindita kan? Gadis pemimpin klub musik. Iya, aku juga tahu kamu menyukai musik.

Aku tak bisa melakukan apapun, walaupun jujur, aku cemburu. Kamu tahu? Mencintai seseorang yang bahkan tak tahu jika dirimu hidup rasanya tidak mengenakkan. Sakit? Tentu saja. Tapi, kita kembali ke awal. Aku tak bisa melakukan apapun.

Kamu tersenyum bahagia bersamanya, tanpa kamu sadari di belakangmu, ada aku. Gadis pengintip dari celah pintu. Aku menyukai senyum itu, senyum tulus dari sebuah kebahagiaan. Aku sangat berterimakasih kepada Tuhan karena telah memperlihatkan aku senyuman seindah senyum kamu. 

Jika ditanya, "Apakah kamu mau menjadi kekasihnya?"

Jelas saja, aku tidak mau. Bukannya sombong atau sok jual mahal. Aku tahu batasanku. Batasanku seperti senja yang datang hanya sebagai pengantar siang menuju malam. Batasanku hanya sebagai pengantar doa kepada Tuhan supaya hidupmu bahagia. Dan Tuhan, mengabulkannya dengan mendatangkan Anindita.

Tak apa, aku bahagia jika kau bahagia.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline