Lihat ke Halaman Asli

Harapan

Diperbarui: 25 Juni 2015   05:41

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Manusia dan harapan merupakan satu kesatuan yang melekat pada diri manusia untuk tetap bertahan hidup dan membuat hidupnya menjadi kuat. Orang yang memiliki harapan berarti ia telah siap untuk segala hal yang datang dalam hidupnya. Orang yang tidak memiliki hidup, sama saja ia mati dalam hidupnya. Berhasil atau tidaknya seseorang dalam menggapai harapannya, tergantung pada usaha, tekad, kerja keras, dan usaha yang kita lakukan. Harapan yang kita inginkan tidak selamanya berjalan mulus untuk mencapainya. Banyak rintangan yang dialami untuk menggapai harapan kita.

Harapan berdasarkan pada bentuk dasar dari kepercayaan akan sesuatu yang diinginkan dari suatu kejadian yang akan berbuah kebaikan di masa depan. Harapan berbentuk abstrak, namun dapat dirasakan keberadaannya yang tertanam di dalam hati setiap manusia yang memiliki harapan tersebut. Teorinya yang dipelajari untuk menggapai harapan tadi sangat mudah untuk dipahami. Namun pada praktiknya, susah untuk dijalankan. Banyak orang yang mencoba menjadikan harapannya menjadi nyata hanya dengan berdoa tanpa usaha atau hanya usaha saja tanpa berdoa. Karena tanpa disadari, Tuhan sangat berperan penting dalam perwujudan harapan kita.

Cara berfikir positif atau memiliki suggest yang baik, akan membantu kita untuk semangat mencapai harapan kita. Tanpa disadari, fikiran-fikiran baik tadi, tertanam dalam otak kita dan menjadi gaya hidup kita yang akan terus kita lakukan sampai nanti harapan tadi datang. Orang yang memiliki suggest yang buruk, maka akan tertanam pula fikiran-fikiran takut akan gagal sebelum mencoba. Oleh karnanya, banyak orang yang putus asa sebelum ia berusaha dengan fikiran positifnya tadi. Contoh suggest yang buruk seperti misalnya “semoga tidak gerogi” pada dasarnya, kata tidak dan bukan inilah yang paling gampang di serap oleh otak sehingga pada suggest yang menggunakan kata tadi, akan hilang dari fikiran kita dan yang ada hanya “semoga gerogi” dari suggest inilah awal dari ke gagalan kita.

Banyak orang yang memiliki cita-cita dan harapan yang begitu tinggi. Ada yang menggapainya dengan cara yang instan ada pula yang bekerja keras sampai titik darah penghabisan. Orang yang menggunakan cara yang instan, maka akan cepat juga runtuh harapan yang telah di dapatnya. Namun, orang yang bekerja keras sampai titik darah penghabisan, maka ia akan tetap Berjaya dengan harapan yang di gapainya tadi. Apalagi jiaka ia dapat mempertahankan apa yang telah ia gapai. Karena, memperthankan sesuatu akan lebih sulit dibandingkan dengan menggapai sesuatu.

Banyak diantara mereka yang telah sukses malah menyalahgunakan kesuksesannya tadi. Bila sudah kaya, mereka hanya semata-mata untuk memuaskan kehendaknya dan memuaskan hawa nafsunya. Orang tadi akan menghalalkan segala cara demi kepuasan dan kehendak dirinya.

Manusia sebagai makhluk sosial merupakn kodrat yang telah melekat dalam diri setiap manusia dari ia lahir sampai nantinya meninggal. Setelah dilaharikan, ia akan tumbuh dan besar dalam lingkungan keluarga. Dari keluarga itulah mulai terbentuk karakter yang akan menjadi pribadinya nanti. Manusia dilahirkan akan tumbuh menjadi balita remaja dan dewasa. Dalam proses remaja itulah, mereka mengalami pubertas. Dan harapan-harapan pun mulai di tulis dalam daftar perjalanan hidupnya untuk di gapainya dan mencapai tujuan dimana ia dapat merasakan apa yang telah di jalankan. HARAPAN SELALU MELEKAT DI DALAM DIRI KITA SELAMA KITA HIDUP DAN AKAN TERUS ADA DI FIKIRAN KITA SEBELUM KITA MENGGAPAINYA.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline