Kerajaan Samudra Pasai berperan penting dalam penyebaran Islam di Nusantara, dan menjadi pusat perdagangan serta pengajaran agama Islam. Samudra Pasai memiliki posisi strategis dalam jalur perdagangan antara Timur dan Barat, samudra pasai juga menjadi penghubung antara pedagang dari berbagai belahan dunia, termasuk India, Arab, dan Tiongkok.
Kerajaan Samudra Pasai adalah sebuah kerajaan yang terletak di pesisir Sumatra Utara, Indonesia, dan dikenal sebagai salah satu kerajaan Islam pertama di wilayah ini. Sejarah Samudra Pasai bermula pada abad ke-13, sekitar tahun 1267 M , ketika kerajaan didirikan oleh Sultan Malik al-Saleh, yang menjadi sultan pertama di kerajaan di Samudra pasai.Malik al- Saleh dikenal sebagai tokoh islamic di Nusantara.
Selama masa kejayaannya, Samudra Pasai dikenal dengan produk rempah-rempahnya, terutama yaitu lada, dan menjadi salah satu utama dalam perdagangan rempah. Namun pada abad ke-15, kerajaan samudra pasai mulai mengalami kemunduran, terutama karena persaingan dengan kerajaan lain seperti Aceh.
Mata uang di samudra pasai juga menarik karena mencerminkan perdangan yang aktif, Kerajan samudra pasai menggunakan mata uang yang beragam, yaitu Mata uang Emas dan Perak ( Dirham ), Mata Uang Lokal, dan Sistem Tukar Menukar.
Warisan budaya dan sejarah Samudra Pasai tetap dalam perkembangan Islam dan perdagangan di Asia Tenggara. Saat ini, bekas-bekas kerajaan ini dapat dijumpai di beberapa museum sejarah dan peninggalan yang masih ada di kawasan tersebut. Samudra Pasai menjadi penting dalam sejarah Indonesia, khususnya dalam konteks peradaban Islam.
Disini penulis akan mengangkat cerita Kedatangan Pengungsi Rohingnya di Aceh, datang nya Rohingya dimulai sejak lama, dengan diskriminasi dan penganiayaan yang dialami oleh masyarakat Muslim Rohingya di Myanmar. Pada tahun 2023, Beberapa perahu membawa pengungsi rohingya berhasil tiba di pantai Aceh, membawa harapan baru bagi mereka yang mencari perlindungan dan keamanan.
Dalam situasi ini Myanmar tidak stabil, Banyak juga pengungsi Rohingya berusaha melarikan diri melalui jalur laut yang bahaya. Mereka menghadapi resiko besar, termasuk kelaparan, kehausan, dan mereka juga bisa tenggelam selama perjalanan, dan banyak dari mereka berlayar dalam kondisi berbahaya dengan perahu yang tidak layak, mereka lari ke negara negara yg bersedia memberikan perlindungan. pengungsi yang tiba terdiri dari keluarga dengan anak-anak. Konsep "cinta damai" dalam konteks kedatangan pengungsi rohingya di Aceh merupakan hal yang multi-interpretatif.