Lihat ke Halaman Asli

Afina 0501

Mahasiswi UIN KH. Abdurrahman Wahid Pekalongan

Ketua RT Menjadi Inspirasi dalam Moderasi Beragama

Diperbarui: 12 Oktober 2023   15:30

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Moderasi beragama bukan sekedar pengetahuan atau tindakan yang hanya untuk diri sendiri, juga bukan hak eksklusif yang hanya dimiliki oleh sebagian orang. Nyatanya praktik untuk saling toleransi, menghargai, dan menghormati terhadap sesama umat beragama bisa diterapkan di mana saja dan oleh siapa saja. Bahkan ketua RT juga ikut serta berperan dalam mempromosikan moderasi beragama melalui berbagai kegiatan yang dapat membangun sikap untuk bermoderat.

Penguatan moderasi beragama adalah hal yang sangat penting di era gempuran kasus-kasus intoleransi. Praktik bermoderat harus menjadi contoh bagi masyarakat awam yang tidak akrab dengan konsep moderasi beragama, karena moderasi beragama memiliki peran penting di kehidupan sehari-hari, salah satunya dalam muwujudkan rasa toleransi terhadap sesama umat beragama.

Contoh nyata dari pentingnya membangun moderasi beragama dapat dilihat melalui Nanik Rahayu yang akrab dipanggil Ayu, Ketua RT 06 RW 06, desa Karangsari, Kecamatan Karanganyar, Kabupaten Pekalongan, dan menjadi satu-satunya ketua RT yang beragama katolik di desa Karangsari. Ayu telah menjadi contoh teladan bagi masyarakatnya dalam mempromosikan moderasi beragama melalui berbagai kegiatan. Dia memanfaatkan semua kesempatan untuk sarana membentuk sikap masyarakat yang mencerminkan karakter baik dan menjadi contoh bagi semua.

Hal tersebut disampaikan oleh Ayu dalam wawancara di rumahnya, Rabu (20/9/2023). Dia menjelaskan bahwa masyarakat di RT 06 RW 06 terdapat lima keluarga beragama Katolik, termasuk salah satunya keluarga Ayu, sementara mayoritas masyarakatnya beragama Islam. Namun, meskipun berbeda agama mereka semua bekerja sama dalam berbagai kegiatan seperti kerja bakti, arisan, memotong daging qurban dan membagikannya kepada masyarakat sekitar, serta berbagi takjil saat bulan Ramadhan.

 "Ketika hari raya tiba, kedua agama tersebut akan bergantian saling mengucapkan kata selamat hari raya kepada sesama, baik dari agama muslim maupun agama katolik yang sedang merayakan hari raya. Hal ini sebagai contoh menghargai adanya perbedaan keyakinan." Ujar Ayu.

Dalam konteks sosiologi komunikasi, Ayu telah membangun interaksi sosial yang positif di masyarakat. Interaksi sosial adalah hubungan sosial yang dilakukan oleh seseorang terhadap orang lain atau kelompok lain melalui komunikasi verbal dan non verbal.

Ayu bertujuan untuk hubungan yang baik diantara keluarga-keluarga di lingkungannya. Dia menginginkan masyarakatnya hidup dalam kerukunan dan berbaur dengan baik. Bahasa dialog terbuka dan mempersuasif seseorang agar memahami perbedaan tanpa saling membenci digunakan Ayu dalam berkomunikasi dengan masyarakatnya.

Menurut Ayu, penting untuk membantu sesama umat beragama, dan agama seharusnya tidak menghalangi kita dalam melakukan perbuatan baik kepada siapa saja. Dia mendorong interaksi yang baik diantara warga kecil yang hidup berdampingan di lingkungannya.

Namun, jabatan ketua RT yang berbeda agama dalam mayoritas warga Muslim seringkali menimbulkan pertanyaan. Apakah warga yang beragama Katolik terganggu dengan lantunan azan dan ayat-ayat Al-Qur'an yang selalu berkumandang di dekatnya? Ayu menjelaskan dengan tegas bahwa masyarakat yang beragama Katolik di desanya yang dekat dengan masjid tidak merasa terganggu oleh keberadaan atau suaranya. Bahkan, Ayu mengatakan dia dulunya beragama Islam dan menjadi guru ngaji untuk anak-anak di sekitar tempat tinggalnya.

Menurut Ayu, bahwa perasaan terganggu atau tidak terganggu adalah masalah individu. Masyakarat di lingkungannya hidup melalui kebiasaan dalam kerukunan dan menghormati perbedaan keyakinan tanpa memberikan respon negatif kepada sesama umat beragama. Mereka hanya memerlukan hidup rukun dengan tetangga dan bisa berbaur dengan baik. Hal ini menunjukkan bahwa perbedaan agama tidak harus menjadi konflik.

Namun, bagaimana dengan individu yang merasa tidak nyaman dengan pemimpin yang berbeda agama? Ayu berpendapat bahwa penguatan moderasi beragama dapat mendorong perubahan positif dalam pemikiran mereka. Stimulus yang datang dari tokoh masyarakat dapat membantu mengubah pola pikir seseorang menjadi lebih jernih.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline