Lihat ke Halaman Asli

Tik Tok

Diperbarui: 15 Desember 2015   20:44

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Fiksiana. Sumber ilustrasi: PEXELS/Dzenina Lukac

Kamu menatapku cukup lama. Aku selalu suka saat-saat seperti ini. Tetapi lalu kamu mengernyitkan dahimu dan memilih untuk pergi. Aku sudah biasa diperlakukan seperti ini olehmu. Saat kamu pergi, aku hanya bisa menunggumu untuk kembali, seperti apa pun keadaanmu nanti.

Aku masih ingat kala pertama bertemu denganmu. Saat itu adalah hari pertama kamu pindah ke rumah ini. Saat itu pula aku yakin bahwa aku jatuh cinta padamu.

***

            “Kemal, untuk apa kita lanjutkan semua ini? Aku ingin berhenti saja, aku mohon, aku tidak sanggup lagi. Terima kasih untuk segalanya.” Nadamu pasrah saat kamu mengakhiri telepon. Kamu menangis dan menjatuhkan dirimu di ranjang. Tapi aku hanya bisa menatapmu dan mengingatkan bahwa ini sudah waktunya untukmu tidur.

            Kamu tidak banyak berubah sejak pertama kali kita bertemu. Dulu kamu adalah remaja penuh tawa dan cinta, kini kamu tetap mempertahankan senyum manismu. Kamu selalu berlaku baik pada siapa saja, bahkan pada benda yang tak bernyawa. Aku adalah saksi metamorfosamu dari seorang gadis belia menjadi wanita dewasa yang anggun dan sederhana. Malam ini, sekali lagi, aku hanya bisa menatapmu yang terluka lalu lelap dalam tidurmu.

            Pagi ini aku tidak membangunkanmu. Kamu yang memintaku untuk tetap diam selagi kamu menikmati waktumu sendiri. Aku membiarkan matahari yang menyapamu terlebih dahulu. Benar saja, kamu terbangun pukul tujuh dengan mata sayu. Dan yang pertama kali kamu cari adalah aku. Sementara itu, aku selalu gugup setiap kali melihatmu lesu. Aku tidak dapat berbuat apa-apa selain mengingatkanmu akan waktu.

            Tok tok tok…

            Dengan kedipan mata kamu berpamitan padaku untuk berdiri dan membukakan pintu. Ibumu telah berdiri di depan kamar membawakan segelas susu untukmu.

            “Nisa.” Ucap ibumu. Hanya dengan melihat wajahmu, ia mengerti sesuatu yang buruk tengah menimpamu. “Nisa, semuanya akan baik-baik saja dan kamu harus percaya akan hal itu. Kamu adalah anak yang baik, nak. Lelaki yang telah menyakitimu tidak pantas untuk menjadi pendampingmu.”

            “Ibu, ibuku sayang.” Ujarmu sambil memeluk ibumu dengan erat.

            “Lihatlah, sudah pukul tujuh. Sebaiknya kamu bergegas.”

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline