Lihat ke Halaman Asli

Sugesti: Obat Paling Mujarab!

Diperbarui: 25 Juni 2015   21:41

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

Bukan lagi rahasia umum kalau obat paling mujarab untu orang sakit adalah sugesti. Yang dimaksid di sini adalah sugesti dalam arti yang sebenarnya. Mari kita flashback, waktu kita masih kecil saat pertama kali kita mulai merasakan akan disuntik, ibu menenangkan kita yang tengah ketakutan akan jarum suntik, ibu mengatakan kalau disuntik rasanya hanya seperti digigit semut. Yak! Dan yang kita rasakan sampai sekarang disuntik memang hanya seperti digigit semut. Beda dengan ibu saya, ibu saya dulu mengatakan kalau disuntik itu rasanya seperti dibom, karena tidak percaya dengan guyonan ibu, saya berani saja disuntik, dan rasanya tidak seperti dibom.

Sugesti dalam pengobatan adalah menanamkan pikiran pikiran positif bahwa kita akan menjadi lebih baik. Orang-orang tua terutama di pedesaan yakin akan hal ini.

Kalau sakit, memang harus pakai sugesti agar ita sembuh! Saya memiliki beberapa alasan agar kita tidak memilih obat farmasi untuk mengobati sakit yang masih bisa dikendalikan oleh tubuh. Pertama, berapa biaya yang kita keluarkan untuk transportasi menuju rumah praktik dokter? Berapa biaya yang kita keluarkan untuk berkonsultasi dengan dokter? Berapa biaya lagi yang harus kita keluarkan untuk menebus obat? Intinya, obat sangat mahal. Kedua, obat itu racun, obat dapat menyembuhkan satu oran yang sakit tapi dapat juga dengan mudah merusak organ-organ lain yang tidak berdosa, kasihan. Ketiga, sekali lagi obat itu racun, kadang kita hanya menghabiskan obat anti biotik saja, lalu kemana sisa yang lain? dibuang begitu saja? Obat itu racun bukan hanya untuk tubuh tapi juga untuk lingkungan. Ehm, itu sedikit tentang alasan mengapa kita harus memilih sugesti diri sendiri daipada obat.

Dengan sugesti, kita bisa sembuh! :D

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline