Lihat ke Halaman Asli

Afin Yulia

Writer, blogger

Tak Terlupakan, Sehari Jadi Relawan Mendatangi Sekolah Terpencil di Banyuwangi Selatan (2)

Diperbarui: 28 Desember 2018   10:59

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

sumber : dokpri


Panggung Literasi SDN 2 Kandangan, Panggung Kecil Yang Menghangatkan Perasaan

Pagi berlalu dengan cepat. Selesai upacara hari pahlawan, ISL Jilid 5 dimulai. Saya bersama rekan-rekan di kelompok tiga bergegas menuju gabungan kelas 5-6, sementara lainnya menuju gabungan kelas 1-2 serta 3-4. Dimulai dari perkenalan dan salam, acara dilanjutkan dengan perkenalan dari semua relawan, dari fasilitator hingga inspirator. 

Usai perkenalan dilanjutkan dengan ice breaking dan tepuk semangat, baru kemudian para inspirator melaksanakan tugasnya satu-satu. Dimulai dari saya mengenalkan dunia kepenulisan, apa itu penulis hingga perannya di masyarakat. Lantas dilanjutkan Rizka Widyana, penari muda yang berprestasi di mana-mana, mengisahkan dan memberi inspirasi lewat cerita suksesnya.

Siang selepas acara ISL Jilid 5, relawan terbagi dua. Sebagian bertugas menginisiasi sudut baca di SDN 2 Kandangan dengan buku-buku yang diserahkan saat upacara Hari Pahlawan lainnya,  menyiapkan pentas untuk malam pertunjukan. Semua disiapkan apa adanya sesuai pepatah lama "Tak ada rotan, akar pun jadi", tak ada materi yang sempurna untuk menyiapkan kedua proyek ini apa pun dipakai. 

Tempat untuk menaruh buku di sudut baca hanyalah triplek tipis bekas yang dipotong dan ditumpuk agar kuat menahan beban buku. Siku yang menyangga triplek adalah pigura yang tak terpakai lagi. Untuk pentas, panggung dibuat dari deretan bangku yang ditata berjajar membentuk persegi panjang, dengan background papan tulis yang dihiasi tulisan Panggung Literasi menggunakan kapur.

Sumber : dokpri

Pukul tiga anak-anak mulai berdatangan. Para pengisi acara mulai sibuk melakukan persiapan. Deretan gadis dan jejaka cilik itu mengenakan kostum dan berdandan sedemikian rupa demi panggung literasi yang diadakan minggu malam. Nampak antusias meski mereka hanya tampil di panggung ala kadar. 

Antusiasme itu pula yang menular. Kami  yang semula hanya menyiapkan musikalisasi puisi dan pantomim, mendadak terdorong menyumbangkan tari, lagu, dan bahkan pembacaan puisi meski dadakan. Drama singkat bertema "Stop pernikahan usia dini" yang turut tampil malam itu pun dikonsep dalam waktu singkat.  Hanya butuh sekali briefing untuk menentukan tokoh dan jalan cerita, sekali latihan sekaligus menentukan blocking-nya, itu saja.

Malam tiba, sekolah mulai dipadati masyarakat sekitar. Sepertinya mereka adalah orang tua yang datang karena ingin menonton pertunjukan putra-putrinya. Ketika Sandi, yang didapuk jadi pembawa acara muncul dan memanggil gadis-gadis cilik menarik di atas panggung, orang-orang sudah tak sabar. Kamera-kamera diacungkan, memotret dan merekam tampilan anak mereka tersayang. Sebagian bahkan maju ke depan.

Suasana kian hangat ketika sederetan anak memadukan suaranya menyanyikan lagu "Umbul-Umbul Belambangan". Merinding rasanya ketika lirik lagu ini berkumandang :

Belambangan he seneng susahe wis tah aja takon

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline