Lihat ke Halaman Asli

Afin Yulia

Writer, blogger

Sekar Blambangan : Lewat Batik Menebar Kemanfaatan

Diperbarui: 8 Desember 2018   11:14

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Batik tulis produksi Sekar Blambangan (sumber : koleksi pribadi)

Tidak lengkap rasanya jika ke Banyuwangi tanpa membawa oleh-oleh khasnya. Namun membawa makanan kecil, gantungan kunci, atau kaus bertulis "I love Banyuwangi" terlampau biasa. Lain cerita jika produk khas seperti  batik yang menjadi buah tangan untuk orang-orang tercinta. Toko oleh-oleh bisa jadi sarana Anda untuk mendapatkannya. Akan tetapi, jika ingin mendapatkan pengalaman berbeda kenapa tidak berkunjung langsung ke salah satu tempat produksinya, yaitu Sekar Blambangan di daerah Kebaman, Srono.

Di tempat ini Anda bisa menjumpai batik-batik cantik beraneka warna. Biru, merah muda, jingga,  hijau daun, biru toska, kuning, hingga warna pelangi pun ada. Motifnya beragam pula dari gajah oling, kangkung setingkes, mata pitik, paras gempal, hingga sembruk cacing. Tinggal pilih saja sesuai selera. Jika kurang yakin, Anda bisa konsultasi dengan pemiliknya, Habib Idris dan Elva. Dengan senang hati mereka akan membantu memilihkan batik yang tepat sesuai karakter Anda.

Motif gajah oling berpadu dengan motif gedhegan, produksi Sekar Blambangan (sumber : koleksi pribadi)

Yang istimewa, sembari memilih Anda sekaligus bisa mendapatkan penjelasan mengenai motif-motif yang berada di ruang pamernya. Semisal gajah oling yang acap muncul bersama motif lainnya, contohnya motif gedhegan yang menjadi tema Banyuwangi Batik Festival tahun ini. Berasal dari kata gajah dan oling, motif satu ini berbentuk serupa tanda tanya atau S terbalik yang merupakan perwujudan dari belalai gajah serta oling. Dilengkapi dengan ornamen berupa kembang manggar (bunga kelapa) berjumlah tiga, bunga melati dengan kelopak sejumlah lima, serta daun dilem berjumlah tiga. Gajah adalah binatang  bertubuh besar yang menjadi simbol keagungan, sementara oling atau sidat dalam bahasa Osing adalah perumpaan dari kata eling (ingat). Dalam bahasa gamblangnya, motif ini menjadi pengingat bagi pemakainya agar selalu ingat pada yang Maha Besar. Sementara motif gedhegan memiliki melambangkan persatuan dan kekuatan. Kekuatan diwakili oleh bambu sendiri sebagai tanaman yang memiliki akar kuat, sementara persatuan diwakili bambu yang diiris tipis lalu dianyam secara vertikal dan horizontal.

Awal Mula Terjun di Dunia Perbatikan

Batik di ruang pamer Sekar Blambangan (sumber : koleksi pribadi)

Membicarakan Sekar Blambangan berarti mengulik sejarahnya pula. Awalnya Habib Idris dan Elva hanya seorang pengguna batik biasa. Tidak terpikir untuk terjun menjadi produsen atau sejenisnya. Tuntutan pekerjaan yang mengharuskan mereka memakai seragam batik khas Banyuwangi mempertemukan mereka dengan seorang pembatik lokal. Sekitar tahun 2014, hubungan yang awalnya sekedar pembeli dan penjual ini kemudian berkembang. Habib Idris dan Elva menjadi rekanan, terutama untuk memasarkan produknya.

Usaha ini hampir saja gagal. Kesibukan sebagai guru yang menyita waktu,  minimnya pengetahuan tentang motif-motif batik serta cara memasarkannya, menjadi faktor utama kenapa usaha mereka tak mengalami kemajuan

"Jangankan mengenalkan produk, meyakinkan bahwa barang yang kami bawa memiliki kualitas prima saja tidak tahu," kenang Habib Idris.

Namun dengan kegigihan keduanya mampu mengatasi masalah-masalah tersebut. Jika dulunya rikuh dan malu jika hendak promosi, kemudian tidak lagi. Pemahaman yang baik tentang motif batik dan pengalaman memasarkan produk dari hari ke hari, menjadikan Habib Idris dan Elva mumpuni.  Bahkan belakangan oranglah yang mencari mereka jika membutuhkan batik, bukan sebaliknya. Pada akhirnya pasangan suami istri ini merasakan buah manis perjuangan mereka sedari 2014. Beratus-ratus lembar batik khas Banyuwangi berhasil mereka pasarkan, baik  offline maupun online.

Dari seringnya wara-wiri ke tempat produksi untuk mengurusi pesanan kliennya, Habib Idris dan Elva pada akhirnya memahami juga bagaimana proses produksi batin berjalan. Dari mulai alat dan bahan, hingga proses pembuatan pola dengan canting atau alat cap, lalu pewarnaan, nglorod, hingga siap jadi batik. Dari sini keduanya jadi semakin paham bahwa pembuatan batik tulis jauh lebih rumit dan lebih lama dibanding batik cap. Tidak mengherankan jika kemudian harganya lebih mahal. Selembar bisa mencapai Rp 750.000,00 bahkan jutaan.

Motif Di Balik Berdirinya Sekar Blambangan

Tiap sepotong batik terjual, disisihkan seribu untuk dana sosial (sumber: koleksi pribadi)


Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline