Lihat ke Halaman Asli

Afin Yulia

Writer, blogger

Makarya, Ketika Rakyat Kaki Gunung Raung Berpesta

Diperbarui: 7 Februari 2017   11:03

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

kolaborasi seni di ajang pagelaran makarya (source : Eko Suprayogi)

Terletak di kaki gunung Raung, kecamatan Songgon dikarunia oleh kesuburan tanah dan bentang alam yang indah. Dihuni etnis Madura, Jawa, dan Osing membuat wilayah ini kaya oleh campuran beragam budaya. Gabungan faktor-faktor tersebut menjadikan Songgon sebagai wilayah yang memiliki potensi sumber daya alam, wisata, dan seni budaya yang besar. Sangat disayangkan apabila potensi tersebut tidak dijaga dan dilestarikan demi generasi berikutnya.

Agar potensi tersebut tetap tumbuh dan berkembang secara berkesinambungan tentu dibutuhkan satu wadah serta kegiatan yang mampu mendukungnya. Pagelaran kesenian bertajuk Makarya (Masyarakat Kaki Raung Berkarya) ini kemudian digelar untuk mewujudkannya. Tak sekedar menjaga dan melestarikan potensi desa setempat, pagelaran budaya tersebut juga dimaksudkan untuk mengembangkannya sekaligus. Sehingga masyarakat Songgon mampu mandiri secara ekonomi, sosial serta budaya.

Tak melulu potensi alam dan seni budaya—kuliner, hasil pertanian, sejarah, hasil hutan dan segala karya masyarakat desa Songgon—turut diangkat dalam pagelaran yang berlangsung selama tiga hari tersebut. Hebatnya meski minim persiapan, sponsor, dan dana pagelaran berhasil dilangsungkan. Partisipasi masyarakat yang maujud dalam budaya gotong royong menjadikan kegiatan pesta rakyat yang digagas dan diprakarsai pemuda dari sembilan desa di Kecamatan Songgon sukses terselenggara.

paduan suara di ajang pagelaran Makarya (source : Lutfieka Dewi)

Rangkaian kegiatan Pagelaran Makarya dimulai pada Jumat pagi, 3 Februari, lewat acara Ruwatan. Prosesi yang bertujuan untuk membersihkan jiwa manusia agar terbebas dari sukerto ini dipimpin oleh Ki Dalang Sentot dari desa Sragi, Songgon, Banyuwangi. Usai ruwatan, malam harinya pagelaran diisi dengan kegiatan gesah budaya. Mengundang empat dalang dan budayawan dari Banyuwangi, gesah budaya ini mengangkat sejarah masyarakat kaki Raung di masa silam sebagai topik pembicaraan.

workshop pemanfaatan sampah (source : Sudarmono

Berikutnya, pada hari Sabtu dilaksanakan pembukaan pagelaran, yang dilanjutkan dengan penampilan kesenian dari jam 10.00 hingga 22.00. Pentas kesenian itu tak hanya diisi oleh seni tradisional dari seniman lokal di seputaran Songgon, tetapi juga seniman kontemporer baik dari manca maupun yang tergabung dalam Jaringan Kampung Nusantara. Tidak hanya pertunjukan seni, pagelaran juga menghadirkan Russell Maier dan kawan-kawannya dari komunitas Ecobrick untuk mengadakan workshop pemanfaatan sampah. Tak boleh dilupakan, demo pembuatan kerajinan seperti pahanan, angklung, bambu, kertas recycle juga turut ditampilkan dalam pagelaran Makarya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline