Lihat ke Halaman Asli

Pelajaran dari Kucing

Diperbarui: 25 Juni 2015   19:25

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Kasih ibu kepada beta tak terhingga sepanjang masa
Hanya memberi tak harap kembali
Bagai sang surya menyinari dunia

Kayaknya lagu itu memang benar adanya, siapa yang lebih berjasa selain ibu yang telah melahirkan kita ? Ayah ?   iya sih, Ayah juga yang bikin kita ada. Bayangin proses pembuatan roti deh, Ayah punya bahan-bahannya, sedangkan ibu punya loyang dan oven, apaaan sih, back to topic, tapi siapa yang berjuang ngeden ngelawan maut biar kepala kita nongol ? Ibu. Yes, of course. Udah, ngga pinter buat intro aku.

Intinya sore ini aku mau berbagi cerita. Kurang lebih 2 bulan yang lalu, ada seekor induk kucing dateng ke rumah, entah dia keadaan bunting atau udah bawa anak kecil-kecil yang lucu dan kulitnya masih tipis. Seekor single parent. Kayaknya bener lagu kucing garong tuh, pasti ini kucing salah satu korbannya, eh tapi dianya juga mau digituin. Aqib (adekku) nemuin mereka yang lagi kelonan dan si induk lagi menyusui bayi-bayinya. Ada 3 ekor bayi yang dia nenenin, 2 kembar dan yang 1 beda sendiri warnanya, entah beda mesin atau emang begitu adanya aku ngga tahu. Setiap hari mereka pasti nangkring di rak kayu di bagian belakang rumahku dan pasti ngeong-ngeong minta makan. Awalnya kita biarin aja, tapi lama-lama kasian juga. Seminggu, dua minggu berlalu, tiap hari Ibuk selalu kasih makanan mereka, entah nasi dicampur ikan atau telur. Dan fenomena inilah yang bikin aku terharu, ngga kayak biasanya Ibuk biarin kucing tinggal di rumah dan ini mau kasih makan pula. Subhanallah banget... Hari-hari berganti dan bayi-bayi kucing itu keliatan tambah gede.

Suatu hari tiba-tiba mereka ngilang ngga jelas bagai ditelan bumi #lebaaay. Aqib nangis ngga ketulungan, ya ampun segitunya ni bocah. Dia nyari ke tetangga bahkan RT sebelah, tapi hasilnya nihil. Akhirnya dia nyerah dan dia kembali bermesraan dengan burung dara para kaumnya, dasar bocah. Tiga atau empat hari kemudian si induk kucing balik ke rumah, tapi ada yang kurang, dia cuma bawa 1 anaknya, yang 2 dijual kemana ???

Si anak kucing yang satu ini rupanya makin gede dan lucu, inget waktu kemarin mereka komplit pada mainan dan cakar-cakaran, lucu pokoknya. Beberapa hari kemudian si induk sama anaknya ini ngilang lagi dan ngga tahu kemana. Kali ini Aqib ngga mau nyariin, ngga tahu deh apa alasannya. Mungkin mereka lagi outdoor learning.

Dua hari yang lalu, si induk balik lagi ke rumah, dan dia sendirian tanpa anak-anaknya. Aku sempet mikir jahat banget ni kucing, anak-anak masih kecil dibuang seenaknya. Kedatangannya disambut wajah Aqib yang sumringah tapi dia tetep nanya, anaknya kemana mbak ?

Senin, 20 Februari 2012, ada kabar duka rupanya. Mbah uti bilang, si induk kucing ditemuin tewas sama Aqib siang tadi, dan dia mati di tempat pertama kali induk kucing sama anak-anaknya dateng dan tidur tiap hari di situ, di rumah bagian belakang di deket sumur yang keluargaku udah ngga pernah pake lagi. Aku bengong sebentar dan mikir, ya Tuhan ini kenapa bisa mati ?

Kucing ini sengaja main ke rumah, kenalin anaknya sama rumah ini, terus dia tinggal anaknya ke tempat lain satu persatu dan yang bikin aku negative thinking sama tu kucing, ternyata, dia cuma mau ninggalin mereka dan ngga mau anak-anaknya tahu kalau ibunya mau pergi. Jleeebbb, entahlah ceritaku ini mungkin kurang penting untuk dibagikan atau bagaimana aku hanya mau berbagi, bagiku ini pelajaran hidup, walau dari seekor hewan, seekor induk/ibu hewan sekalipun selalu melindungi anaknya, selalu ingin yang terbaik untuk anaknya, dan pasti sayang dengan anaknya bagaimanapun keadaan mereka. Kita sebagaimana manusia juga harus lebih mengerti arti seorang Ibu bagi kita, kita harus hormati Ibu dan sayangi mereka, bukan berarti Ayah tidak lho ya, ingat ya temen-temen, jangan pernah kecewain orang tua kita apalagi Ibu. Lakukan yang terbaik yang kita bisa, buktikan pada orang tua kita, kita memang tidak akan pernah bisa membalas semua yang telah beliau berikan, tapi bukan berarti kita tidak berusaha untuk membalasnya dengan jadi anak baik bukan ?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline