Iklim tropis hangat lembab di Indonesia memiliki karakteristik yaitu kelembaban dan curah hujan yang tinggi sepanjang tahun. Permasalahan lingkungan yang selalu terjadi tiap tahunnya terutama di perkotaan besar seperti di Indonesia seperti saat ini adalah banjir. Banjir adalah kondisi yang mengakibatkan sungai ataupun tempat penampungan air sudah tidak mampu lagi menampung jumlah air ataupun karena terhambatnya aliran air dalam saluran penampungan air, sehingga air meluap dan naik melebihi batas permukaan normal, yang terjadi di musim penghujan (Nuryanto, 2016).
Ada banyak dampak negatif banjir terhadap bangunan. Diantaranya kerusakan bangunan yang berakibat terhadap berkurangnya kelayakan bangunan dan mempengaruhi usia pakai bangunan. Seperti rapuhnya bangunan dengan material kayu, korosi pada bagian engsel pintu maupun pagar, tumbuhnya jamur di beberapa bagian bangunan dan adanya perubahan terhadap komponen struktur dan non-struktural lainnya. Banjir juga berdampak terhadap fungsionalitas infrastruktur, terutama dampak intangible dalam bentuk biaya sosial yang sangat besar (Setiadi, 2013).
Ada dua hal utama untuk mengatasi hal tersebut. Yang pertama penyebab utama banjir harus diselesaikan dalam skala kota dengan memperbaiki sistem tata kota dan mempersiapkan mitigasi atau penanggulangan bencana banjir. Dan yang kedua, bangunan yang berada di daerah rawan banjir memang harus bisa mencegah, tanggap dan beradaptasi terhadap banjir. Untuk itu, salah satu solusi yang bisa dilakukan sebagai tanggapan atas kondisi tersebut adalah bangunan harus bisa menghindari banjir dengan meninggikan dasar bangunan seperti membuat rumah panggung.
Jika melihat kondisi daerah yang sering banjir yaitu di kawasan Jakarta, rata-rata ketinggian banjir dalam 3 tahun terakhir yaitu 70 cm sehingga paling tidak, diperlukan ketinggian bangunan dari dasar tanah adalah 1 meter (Lotulung, 2017). Rumah panggung tradisional asli di Jakarta sendiri sudah terlihat tanggap banjir tampak dari rumah panggung tersebut memiliki ketinggian 0,5 m hingga 1 m, bahkan ada yang memiliki tinggi 3 meter dari tanah. Hal ini tentu saja bisa diaplikasikan dalam desain masa kini. Namun, jika kondisi lapangan tidak memungkinkan untuk penerapan rumah panggung atau modifikasi bangunan secara vertikal, maka solusi yang lain adalah melakukan modifikasi horizontal di area lahan.
Tujuan utama modifikasi horizontal di area lahan adalah agar air dapat terserap ke dalam tanah secara maksimal. Ada dua cara, yang pertama membuat sumur resapan pada tiap rumah dan memasang paving khusus. Sumur resapan mudah dibuat. Bahkan program satu rumah, satu sumur resapan sudah digalakkan oleh walikota Bandung. Warga disosialisasikan untuk membuat sumur resapan dari drum bekas yang sudah dilubangi bagian atasnya, lalu ditanam di tanah dan diisi dengan pecahan batu, batu-bata, ijuk dan kemudian bisa ditutup dengan urugan tanah. Cukup dengan begitu saja, potensi banjir bisa dikurangi sekaligus dapat menyimpan cadangan air tanah.
Pemasangan paving yang biasa belum tentu dapat menyerap air ke dalam tanah. Bahkan sering kita temui air menggenang di jalan yang dipasangi paving block. Hal tersebut terjadi karena kebanyakan yang terjadi di Indonesia paving block harus dipasang di tanah yang datar dan padat. Setelah selesai dipasangpun, paving block harus dipadatkan kembali dengan menggunakan baby roller atau stampler kodok agar paving saling mengunci dan tidak bergeser. Untuk mengatasi banjir maka paving yang sesuai adalah dengan menggunakan permeable pavement ataupun grass block.
Untuk grass block, pada dasarnya proses pemasangan awalnya akan sama dengan paving block yaitu di tanah padat yang datar, maka penyerapan air oleh grass block tidak begitu maksimal dan hanya mampu menyerap air sebanyak 30%. Namun alternatif paving lainnya yaitu permeable pavement atau paving berpori atau dengan istilah lain yaitu paving polieliten merupakan paving yang paling baik karena memiliki kemampuan menyerap air sebesar 90% dan dapat diaplikasikan di berbagai elemen seperti lahan parkir karena mampu menahan beban berat seperti mobil (truegridpaver.com, 2017). Penggunaan porous concrete atau beton porus sebagai bahan pengganti paving yang sudah dikembangkan oleh PT. Semen Indonesia juga bisa menjadi alternatif dalam menangani banjir.