Lihat ke Halaman Asli

Mengapa Berita Buruk Lebih Banyak dari pada Berita Baik?

Diperbarui: 26 Juni 2015   10:08

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Mengapa kita lebih banyak menyebarkan berita-berita kejahatan dari pada berita-berita kebaikan? Kalau dikatakan bahwa ada seseorang yang mencuri, menipu, berkhianat, pemerkosaaan, perampokan, menyogok, korupsi, berjudi, kecanduan minuman, maka berita itu akan tersebar di semua pelosok. Dan kalau diberitakan bahwa seseorang yang jujur, suci, menolak menjual diri, anti suap maka berita itu akan cepat terhenti dan banyak orang yang berusahan untuk membantah berita baik itu.

Orang-orang menerima berita keburukan dengan penerimaan yang baik dan tidak membebani diri untuk membahas dan meneliti kebenaranya. Adapun berita yang mengandung sesuatu yang baik, maka dengan sangat cepat ia terkubur akibat mati mendadak, bagaikan seranagn jantung, kalaupun ia mendapat kesempatan untuk hidup, maka tak akan lama dan mungkin mereka beranggapan bahwa berita tersebut adalah berita aneh yang sulit dipercaya.

Kejahatan terpendam dalam jiwa. Kita semua memiliki kesalahan, keburukan, nafsu yang mendorong kepada kejahatan, sehingga ketika kita mendengar berita yang sejalandengan hal-hal diatas, jiwa kita menjadi senang,walaupun kita juga seharusnya menyadari kita melakukan kesalahan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline