Kalau menulusuri siapa yang sebenarnya salah:Pertama sponsor,karena persaingan antara sesamanya ketat sponsor ahirnya menghalalkan segala cara dalam memikat calon.antara lain mengimingi gaji yang tinggi pdhl kenyataannya ga sprt itu alias gombal,membuat surat(data2 palsu).Kedua PJTKI,selama ini calon tki hanya dibekali ketrampilan kerja yang asal2an(ga bnr2 trampil),belum pernah membekali calon tki bagaimana cara menghadapi masalah2 yang mungkin akan timbul diluar negeri seperti pelecehan sexual,gaji ga tepat waktu atau bahkan tidak di gaji,pekerjaan yang melampuhi batas kemampuan seorang wanita,adat istiadat(hukum) serta karakter orang2nya negara tujuan.Selama ini juga tidak ada perjanjian kerja yang ditanda tangani kedua pihak calon pekerja dan calon majikan(tki non formal).Ketiga Pemerintah(kbri) selama ini kalau ada permasalan antara tki dan majikan yang dilaporkan ke KBRI tidak pernah ditanggapi serius alih2 diselesaikan dengan tuntas apa lagi dibela.Jadi seandainya tki itu nekat kabur atau bahkan membunuh majikan,jangan terlalu disalahkan sebab mem ang para tkw hususnya itu tidak punya jalan keluar atau alternatif yang lebih baik.Harap maklum para tkw itu kan mayoritas pendidikannya tidak memadahi,makanya kalau ada masalah dengan majikan mengadunya kepada sesama tkw yang juga ga punya wawasan akibatnya kan sudah bisa ditebak(curhat kpd yang sama2 tida tahu).Se andainya KBRI itu tegas dalam menyelesaikan masalah dan benar2 membantu tki,saya pikir pembunuhan terha dap majikan itu tidak akan terjadi,siapa sih yang tega membunuh.Juga tidak ada para tki yang kabur padahal para tki dan tkw yang kabur itu benar2 membuat masalah negara yang ditempati juga pemerintah Indonesia sendiri.s eperti jadi pelecur,germo,memalsukan surat kawin,perjudian,membuat ktp aspal dll. Tetapi saya malah bingung sendiri sebenarnya yang salah siapa ya
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H