Mudik adalah sebuah tradisi di Indonesia, pulang kampung untuk merayakan lebaran Idul Fitri bersama sanak saudara di kampung halaman, setahun mungkin tak bertemu keluarga dan handai taulan, lebaran adalah waktu yang tepat untuk berslaturahim.
Ada yang unik jika berbicara mudik, GP Ansor dan Bansernya, harus saya akui bahwa adalah salah satu ormas kepemudaan yang paling concern khususnya dalam mengadakan posko mudik setiap akhir dari bulan Ramadan. Ratusan posko mudik yang tersabar di Pulau Jawa, Bali dan mungkin di Pulau lainnya di Indonesia.
Mengapa judul diatas saya sematkan kata Bedeng, yang menurut KBBI dapat diartikan sebagai rumah darurat untuk para pekerja, peyoratif memang, karena sempat saya baca, narasi nyinyir bahwa ada orang yang mengatakan, yang dia kira adalah sebuah Bedeng reot, namun ternyata adalah posko mudik Banser, ada-ada saja picik hati para pembencinya.
Posko mudik GP Ansor adalah inisiatif mulia dari sahabat-sahabat Banser untuk minimal, memberi tempat istirahat melepas penat dari para pemudik yang bahkan harus menempuh jarak ratusan kilo meter jauhnya. Menjadi tangan kecil tuhan untuk sekedar membantu membelikan bahan bakar pemudik yang kehabisan ditengah jalan.
Namun yang saya perhatikan, posko mudik GP Ansor secara fisik bangunan, jauh dari kata Bedeng, adalah posko yang bagus dengan fasilitas yang cukup memadai, bahkan ada minumangratis, Mie Instan dan sekedar cemilan, dan yang harus diacungi jempol adalah, mereka kreatif, mulai dari jasa pijat refleksi, potong rambut, jasa antar bahan bakar, tambal ban, ambulance, dan semuanya gratis. Luar biasa dan hormat saya untuk para pemuda NU ini.
Mereka rela membagi waktunya dengan kewajiban sehari-harinya untuk berjaga, tak hanya di Posko mudiknya, namun ikut membantu aparat kepolisan untuk turut mengatur lalu lintas, jangan salah, Banser sudah ada diklat khusus soal lalu lintas, namanya BALANTAS, banser lalu lintas, yang para instrukturnya dari kepolisan, khusunya para Polantas.
Semangat menolong sesama manusia, sebagai sandaran dari nama besarnya, GP Ansor memilih untuk mengisi celah kebaikan yang kadang tak dilakukan oleh ormas-ormas kepemudaan lain, ada, namun tidak semasif GP Ansor, ini harus kita akui bersama.
Kedua, adalah soal keistiqomahan mereka dalam mengadakan posko mudik setiap tahunnya. Bagi mereka senyum rekah para pemudik yang singgah adalah kebahagian tersendiri. Membantu mendorong mobil pemudik yang mogok, menambal Ban motor pemudik yang bocor, atau memangkas rambut pemudik agar nanti di kampung halaman tampak lebih rapi adalah hal kecil yang mereka lakukan, tampa upah jasa.
GP Ansor hadir ditengah masyarakat dalam segala lini, ini harus kita akui, dari soal tanggap bencana, aksi sosial lainnya, posko mudik hingga urusan membantu aparat kepolisian tentang aksi radikalisme dan terosisme sudah dilakukannya. Angkat topi untuk Gus Yaqut Cholil Qoumas sebagai ketua umumnya, 4,7 juta kadernya sangat terasa keberadaannya bagi Indonesia.
Untuk para pemudik, jika ada posko mudik dengan ornamen merah putih dan ada Mas-mas dan Mbak-mbak berkerudung dengan pakaian doreng khasnya, berhentilah, disana posko mereka, ada senyum ramah mereka, ada kopi atau teh panas, ada pijat refleksi, ada potong rambut, ada P3K, ada tambal ban, ada banyak yang mereka sediakan dan semuanya gratis.
Sekali lagi, terimaksih GP Ansor dan Bansernya, kalian luar biasa, terus bermanfaat untuk sesama manusia. Jangan pernah lelah mencintai Indonesia. Banyak photo dan video wajah mereka yang lelah, tertidur, tak apa, ini adalah ikhtiar kalian untuk terus bisa membantu sesama. Salam hormat saya dan semua warga Indonesia.