Dalam dinamika globalisasi saat ini, terjadi pergeseran paradigma dalam struktur keluarga di mana fenomena kedua pasangan suami dan istri bekerja menjadi semakin umum, bukan hanya di Indonesia tetapi di seluruh dunia. Fenomena ini diiringi dengan peningkatan signifikan partisipasi wanita dalam pasar kerja, yang mencerminkan perubahan sosial dan ekonomi yang berkelanjutan.
Data dari Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas) Februari 2023 menunjukkan tren positif partisipasi kerja perempuan di Indonesia, mencapai angka 54,42% pada bulan tersebut.
Salah satu penyebab utama dari fenomena ini adalah kebutuhan ekonomi yang semakin meningkat di tengah masyarakat untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Kondisi ini mendorong pasangan suami-istri untuk memasuki pasar kerja guna mencapai penghasilan yang memadai untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga mereka. Namun, konsekuensi dari keadaan ini seringkali adalah meninggalkan anak-anak di rumah, yang menimbulkan sejumlah tantangan, terutama terkait manajemen waktu.
Manajemen waktu yang sulit menjadi tantangan utama dalam konteks ini. Pasangan suami-istri harus mampu membagi waktu dengan bijaksana untuk merawat anak-anak, menjalankan pekerjaan rumah tangga, menjalankan tugas profesional, dan memperoleh waktu pribadi. Ketidakseimbangan dalam pembagian waktu dapat menghasilkan konflik antara peran dalam pekerjaan dan keluarga, yang sering kali berujung pada konflik antara pekerjaan dan tanggung jawab keluarga. Namun, terdapat sejumlah solusi yang dapat membantu mengatasi masalah ini.
Komunikasi yang terbuka dan jujur antara anggota keluarga menjadi kunci utama dalam mengatasi situasi ini. Dengan berbicara secara terbuka dan jujur tentang kebutuhan dan tantangan yang dihadapi oleh keluarga, dapat membantu mencegah penumpukan masalah yang dapat memperburuk konflik antara pekerjaan dan keluarga, sesuai dengan temuan dari penelitian oleh Puspitawati et al. (2011).
Dalam konteks khusus keluarga yang memiliki anak balita, manajemen waktu yang efisien menjadi semakin penting. Hasil wawancara dengan pasangan suami-istri yang memiliki anak balita menunjukkan bahwa pembagian waktu dan bantuan pengasuhan anak sangatlah berperan dalam mendukung kesejahteraan keluarga.
Namun, perhatian khusus diperlukan untuk memastikan bahwa kedua orang tua tetap terlibat secara aktif dalam perkembangan anak, terutama dalam hal membangun ikatan emosional yang kuat antara orang tua dan anak. Selain itu, pentingnya pola asuh anak menjadi sorotan penting dalam konteks ini. Cara orang tua berinteraksi dengan anak-anak mereka, baik dalam memberikan disiplin, kasih sayang, maupun perhatian, dapat memengaruhi pembentukan kepribadian anak.
Oleh karena itu, waktu bersama pasangan juga tidak boleh diabaikan. Keterlibatan aktif suami dan istri dalam membagi waktu untuk interaksi dan komunikasi yang baik menjadi kunci dalam memastikan kesejahteraan keluarga secara menyeluruh. Dengan demikian, manajemen waktu dan pengasuhan anak merupakan aspek penting dalam menjaga keseimbangan antara pekerjaan dan tanggung jawab keluarga, terutama dalam konteks pasangan suami-istri yang bekerja. Hanya melalui komunikasi terbuka, perencanaan waktu yang efisien, dan keterlibatan aktif kedua orang tua dalam mengasuh anak, dapat mencapai kesejahteraan keluarga yang optimal.
Waktu yang dihabiskan bersama anak balita bukan hanya sekadar kegiatan fisik, tetapi juga merupakan kesempatan untuk membangun ikatan emosional yang kuat dengan mereka. Melalui interaksi yang berkualitas, orang tua dapat membantu anak balita mengembangkan keterampilan sosial, kognitif, dan motorik mereka. Anak balita memerlukan perawatan intensif untuk memenuhi kebutuhan dasar seperti makan, tidur, dan kebersihan. Manajemen waktu yang baik memungkinkan orang tua merencanakan jadwal yang teratur untuk memberikan perawatan ini secara konsisten, menciptakan rasa aman dan kenyamanan bagi anak.
Penting untuk melakukan pembagian tugas yang adil antara anggota keluarga. Manajemen waktu yang efektif melibatkan pengaturan tanggung jawab berdasarkan keahlian, preferensi, dan waktu luang masing-masing anggota keluarga, sehingga semua tugas rumah tangga dan perawatan anak terlaksana dengan baik tanpa memberatkan satu anggota keluarga secara berlebihan. Bagi keluarga di mana kedua orang tua bekerja, mencapai keseimbangan antara pekerjaan dan keluarga menjadi kunci. Manajemen waktu yang efektif memungkinkan orang tua untuk menetapkan prioritas yang jelas, mengatur jadwal yang fleksibel, dan mengkomunikasikan kebutuhan keluarga dengan atasan atau kolega.
Orang tua memiliki peran penting dalam mendukung perkembangan anak balita. Dengan manajemen waktu yang baik, mereka dapat menyediakan lingkungan yang mendukung bagi anak-anak mereka untuk belajar dan berkembang, seperti menyediakan mainan dan buku yang sesuai dengan usia mereka serta merencanakan kegiatan yang merangsang kreativitas dan imajinasi. Kesejahteraan keluarga juga tergantung pada kualitas hubungan antara orang tua. Manajemen waktu yang baik memungkinkan pasangan untuk menyisihkan waktu khusus untuk berinteraksi tanpa kehadiran anak, memperkuat ikatan emosional dan menjaga komunikasi yang sehat.