Lihat ke Halaman Asli

Parenting Guide

Diperbarui: 23 Juni 2015   22:47

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering


Maraknya pendidikan karakter yang diterapkan di sekolah saat ini tidak diikuti dengan pemahaman guru bagaimana seharusnya karakter anak dapat tumbuh dengan baik tanpa harus memaksakan siswa untuk selalu belajar dalam situasi formal. Pada 0-6 tahun, otak anak berkembang sangat cepat hingga 80 persen. Pada usia tersebut otak menerima dan menyerap berbagai macam informasi, tidak melihat baik dan buruk. Itulah masa-masa yang dimana perkembangan fisik, mental maupun spiritual anak akan mulai terbentuk. Karena itu, banyak yang menyebut masa tersebut sebagai masa-masa emas anak (golden age).

Kita sebagai pendidik sekaligus orang tua bagi anak, hendaknya memanfaatkan masa emas anak untuk memberikan pendidikan karakter yang baik bagi anak. Sehingga anak bisa meraih keberhasilan dan kesuksesan dalam kehidupannya di masa mendatang. Kesuksesan tidak hanya ditentukan oleh seberapa tinggikecerdasan otak kita saja. Namun kesuksesan lebih dominan ditentukan oleh kemampuan membangun hubungan emosional  kita dengan diri sendiri, orang lain dan lingkungan. Selain itu yang sangat penting pula adalah hubungan spiritual dengan Tuhan Yang Maha Esa. Setiap hasil hubungan tersebut akan memberikan pemahaman yang pada akhirnya menjadi nilai dan keyakinan anak.

Dalam rangkaian bukunya”Kiat Sukses Mendidik Anak” Mihtahul Jinan memaparkan bagaimana cara kita memahami perilaku anak serta dapat menghargai segala sesuatu yang telah dikerjakan anak. Sekecil apapun, itu merupakan suatu karya yang wajib kita beri apresiasi. Apresiasi disini tidak harus dengan pemberian hadiah, ataupun reward yang berbentu benda. Namun membangun kedekatan hubungan dengan anak dapat pula dilakukan dengan perhatian kita terhadap perilaku dan sikap yang telah anak lakukan.

Misalnya, anak dapat menyambung kembali mainan mereka yang sudah rusak. Kita dapat menanyainya sebagai berikut :

Orang tua : siapa ini tadi yang memperbaiki ?

Anak: say mah…

Orang tua: wah..pintar sekali, dapat ide dari mana nak ?

Anak: ( anak menceritakan bagaimana ia mendpatkan ide, dan orang tua akan memperhatikan dengan memegang mainan yang telah diperbaiki )

Kegiatan seperti itu secara tidak langsung sudah membangun hubungan emosional yang hangat dengan orang tua. Anak akan merasa sangat bangga karena orang tua mereka memberikan perhatian.

Lingkungan anak juga sangat berpengaruh dalam perkembangan sosial anak, dimana anak dapat bermain, berkreasi sesuai dengan kebutuhannya. Bermain dengan teman-teman sebayanya akan menumbuhkan secara alami bagaimana anak dapat menghargai teman, bertanggung jawab atas sikap yang diambilnya. Itu semua hal-hal kecil dimana anak akan mengembangkna potensi yang ada dalam dirinya.

Yang terakhir bagaiman anak dapat mengkomunikasikan dirinya dengan Tuhannya. Semua tidak terlepas dari peran penting orang tua, bagaimana orang tua dapat menempatkan dirinya sebagai orang fasilitator untuk membantu kesuksesan dalam diri anak. Orang tua bukanlah sosok yang harus ditakuti, namun disini orang tua sebagai panutan, contoh tauladan bagi anak. Penanaman nilai-nilai yang baik dmulai dari lingkup terkecil yaitu keluarga.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline