Lihat ke Halaman Asli

Afifa Qonita

Mahasiswi

Granada Benteng Terakhir Islam di Eropa

Diperbarui: 22 Juli 2024   13:16

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ruang Kelas. Sumber Ilustrasi: PAXELS

Granada, kota yang terletak di wilayah Andalusia, Spanyol, memiliki sejarah yang kaya dan mendalam sebagai benteng terakhir peradaban Islam di Eropa. Kota ini tidak hanya menjadi pusat kebudayaan dan ilmu pengetahuan, tetapi juga simbol keagungan dan ketahanan Islam di tanah Eropa hingga akhir abad ke-15.

Granada mulai menonjol setelah jatuhnya Cordoba dan Sevilla ke tangan Kristen dalam Rekonkuista. Pada tahun 1238, dinasti Nasrid didirikan di Granada oleh Muhammad I ibn al-Ahmar, yang menjadikan kota ini sebagai pusat kekuasaan Islam terakhir di Spanyol. Dinasti ini bertahan hingga tahun 1492, ketika Granada akhirnya jatuh ke tangan Raja Ferdinand dan Ratu Isabella dari Kastilia, menandai berakhirnya dominasi Islam di Semenanjung Iberia.

Granada dikenal dengan kekayaan budayanya, terutama selama masa pemerintahan dinasti Nasrid. Alhambra, sebuah istana dan benteng yang megah, merupakan salah satu warisan arsitektur terbesar dari peradaban Islam di Eropa. Alhambra tidak hanya berfungsi sebagai pusat pemerintahan, tetapi juga sebagai tempat tinggal para sultan Nasrid. Struktur ini terkenal dengan keindahan arsitektur dan seni hiasnya yang menakjubkan, seperti kaligrafi Arab, ukiran geometris, dan taman-taman yang indah.

Selain Alhambra, Granada juga menjadi pusat ilmu pengetahuan dan sastra. Banyak cendekiawan Muslim terkenal, seperti Ibnu al-Khatib dan Ibnu al-Zuhri, yang berkarya di Granada. Mereka mengembangkan berbagai disiplin ilmu, mulai dari kedokteran, filsafat, astronomi, hingga sastra.

Meskipun Granada berhasil bertahan lebih lama daripada kota-kota Islam lainnya di Spanyol, tekanan dari kerajaan Kristen terus meningkat. Pada tahun 1482, Perang Granada dimulai, yang berlangsung selama sepuluh tahun. Akhirnya, pada tanggal 2 Januari 1492, Sultan Boabdil menyerahkan kunci kota Granada kepada Ferdinand dan Isabella, mengakhiri kekuasaan Islam di Spanyol.

Penyerahan ini menandai berakhirnya masa keemasan Islam di Eropa dan dimulainya periode yang sulit bagi umat Muslim dan Yahudi di Spanyol. Banyak dari mereka dipaksa untuk pindah agama atau menghadapi pengusiran dan penyiksaan. Kejatuhan Granada menjadi simbol berakhirnya era toleransi dan keberagaman yang pernah menjadi ciri khas Andalusia.

Meskipun kekuasaan Islam di Granada telah lama berakhir, warisannya masih terasa hingga hari ini. Alhambra tetap menjadi salah satu destinasi wisata paling populer di Spanyol, menarik jutaan pengunjung setiap tahunnya. Keindahan arsitektur dan seni Islam yang terdapat di Granada menjadi saksi bisu kejayaan masa lalu yang pernah ada di tanah Eropa.

Granada juga mengingatkan kita akan pentingnya toleransi dan keberagaman dalam sejarah peradaban manusia. Selama berabad-abad, kota ini menjadi tempat di mana berbagai budaya dan agama hidup berdampingan secara harmonis, menciptakan lingkungan yang kaya akan inovasi dan pemikiran.

Granada, sebagai benteng terakhir Islam di Eropa, menyimpan banyak pelajaran berharga tentang kekuatan kebudayaan, ilmu pengetahuan, dan toleransi. Meskipun sejarahnya penuh dengan tantangan dan kesulitan, warisan yang ditinggalkannya tetap abadi. Granada mengingatkan kita bahwa melalui keberagaman dan keterbukaan, peradaban dapat mencapai puncak kejayaannya.

Referensi

Ilham, Muhammad. "Runtuhnya Kerajaan Islam Di Granada 1492." Pattingalloang 3, no. 2  (2016): 110--26.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline