Lihat ke Halaman Asli

Afifa Liza

International Relations

Ekspektasi dengan Kata 'Seharusnya'

Diperbarui: 13 Januari 2022   12:45

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Diary. Sumber ilustrasi: PEXELS/Markus Winkler

"Seharusnya aku lebih berhasil dari ini ..."

"Seharusnya aku melakukan itu ..."

"Seharusnya dia seperti ini ...." 

"Seharusnya memilih itu ..."

Banyak hal di dunia ini yang terkadang di luar batas kendali atau biasa yang lebih dikenal di luar batas ekspektasi kita. Seringkali juga bagi kita merasakan gagal dan insecure karena ekspektasi yang tidak dapat terealisasikan. Hal ini yang membuat kita untuk malas mencoba atau bahkan tidak mau mencoba menjadi lebih baik dan tentunya ragu dalam mengeksplore hal baru.

Terlalu banyak kata 'seharusnya atau harus' dalam hidup kita membuat kita sendiri ada dalam tekanan. Kenapa? Karena secara sadar kita menentukan target yang terkadang target itu sendiri terlalu tinggi, dan kembali lagi jika gagal, kita akan overthingking dan insecure. Disini bukan berarti kalau punya target itu nggak baik. Namun, disini lebih mengajarkan kepada kita bahwasannya 'seharusnya atau harus' itu bisa diminimalisir penggunaannya.

Manusia itu punya dua sisi layaknya koin. Yang pertama, sisi ideal kita yang artinya punya harapan, target, yang ingin di capai. Sisi kedua itu, sisi asli kita yang bisa menerima kelebihan dan kekurangan. Terkadang kita hanya melihatkan kepada orang lain sisi ideal kita saja, sisi yang satunya ini biasanya kita tutupi dan hanya diperlihatkan ke orang-orang terdekat saja. Ini nggak salah, tapi yang perlu kita pelajari adalah sisi ini yang membuat kita lebih bisa memahami diri kita, kita bisa gali potensi dan lebih mengenal diri kita sendiri.

Memang, mengubah habit ataupun sikap itu memang nggak mudah, tapi nggak ada salahnya buat kita terus mencoba menjadi lebih baik lagi. Biar kitanya sendiri nggak cape berekspektasi terlalu tinggi lalu muncul overthinking dan insecure dalam diri kita sendiri. Ibaratnya begini, manusia lain belum tentu bisa menerima kita dengan baik, masa kita nggak bisa menerima diri kita dengan baik.

Lalu, kata 'seharusnya' ini dapat diiringi dengan kata 'kenapa'. Bagaimana maksudnya? Begini, maksudnya ialah kalau biasanya kita menggunakan kata 'seharusnya saya begini... Begitu...' coba perlahan ini kita ganti dengan 'kenapa bisa terjadi seperti ini, lebih baik saya begini..' sadar atau tidak, ini melatih diri kita buat nggak overthinking dan bisa belajar problem solving. Terus cara lainnya kita dapat mengganti kata 'seharusnya' dengan kata tindakan secara langsung. Yang awalnya kita berpikir 'seharusnya bertindak seperti ini' menjadi 'saya bisa melakukan ini dengan cara yang begini'

Dengan seperti itu, target yang terlalu tinggi, overthinking, bahkan insecure bisa berkurang dalam diri kita. Niat kita untuk memperbaiki diri akan lebih besar ketimbang kita menyalahkan diri sendiri. Hal ini tentunya nggak diajarkan dari sekolah, kita bisa belajar dari pengalaman ataupun belajar dari para ahli di bidang kesehatan mental. Nggak ada salahnya untuk kita berkonsultasi dengan orang lain, bisa jadi jawaban ataupun tanggapan dari orang lain itu bisa membuat kita lebih mengenal diri sekaligus belajar untuk menjadi pribadi yang lebih baik. Baik untuk diri sendiri maupun orang lain.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline