Akhir tahun 2017, kita dikagetkan dengan berita mengenai sekitar 50 ton ikan di Danau Maninjau mati. Beritanya cukup ramai di media massa, dan banyak alasan yang dikemukakan oleh media-media tersebut.
.
Kali ini saya mencoba menjelaskan fenomena mengenai ikan mati ini, karena masih sangat berkaitan dengan ilmu yang saya pelajari ketika saya menjalani kuliah di Teknik Lingkungan khususnya mengenai pencemaran air.
.
Danau Maninjau sendiri terletak di Kabupaten Agam, dekat dengan daerah Bukit Tinggi dengan luas kira 100 km2. Danau ini termasuk pada urutan ke-11 terluas di Indonesia. Danau ini dekat dengan salah satu spot terbaik yaitu kelok 44.
.
Alasan utama yang dibahas oleh media massa mengenai fenomena ikan mati ini adalah akibat cuaca buruk yaitu hujan deras dan angin yang kencang. Beberapa media juga menjelaskan fenomena ini terkait dengan keberadaaan senyawa ammonia yang awalnya terendapkan di dasar danau, namun akibat cuaca buruk mengakibatkan terkangkatnya senyawa tersebut sehingga mengakibatkan kematian pada ikan.
.
Dari penjelasan media, ada yang masih kurang benar atau lebih tepatnya butuh penjelasan yang lebih jelas.
.
Pertama mengenai senyawa ammonia. Senyawa ini dihasilkan dari hasil metabolisme makhluk hidup. Pada fenomena ini, ammonia berasal dari ikan. Senyawa ammonia ini bersifat beracun dan mematikan pada ikan itu sendiri. Sehingga di budidaya ikan atau tambak, biasanya air yang digunakan akan diganti secara keseluruhan untuk menghindari akumulasi ammonia itu sendiri.