Lihat ke Halaman Asli

Afifah Amani

Mahasiswa

Antara Tangisan Tawa dan Tangisan Duka

Diperbarui: 25 November 2024   06:19

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Oleh :Qurrotul Afifah Amani

Di bawah langit cerah dan ditemani sinar mentari yang hangat, seorang gadis kecil berselendang merah terus mengibaskan kipasnya dengan penuh rasa semangat. Gadis itu didampingi pelatih yang tanpa pamrih dan tulus terus melatihnya.

Terlihat dari kejauhan, seorang gadis kecil mengibaskan kipasnya dan meliukkan tubuhnya dengan anggun serta menawan. Cantika nama sang gadis penari. Cantika adalah seorang penari yang usianya masih sangat muda, tetapi memiliki segudang prestasi dalam bidang tari. Dari kecil ia selalu tekun dan terus berlatih menari karena ia bercita-cita menjadi penari profesional. Setiap hari ia selalu berlatih menari dengan serius dan sungguh-sungguh. Akhirnya, ia sering mengikuti perlombaan menari baik tingkat kecamatan, kabupaten, provinsi, maupun nasional. Pasti semua itu bisa ia lewati tidak lepas dari pelajaran dan pengorbanan yang diberikan oleh seorang guru. Guru menari Cantika bernama Bu Maulida. Bu Maulida adalah seorang guru menari Cantika yang dengan sabar dan teguh melatih Cantika. Dengan sabar Bu Maulida melatih Cantika menari. Satu per satu perlombaan tari telah Cantika lewati dengan bimbingan dari Bu Maulida .Kini merupakan tingkat tertinggi Cantika dalam mengikuti perlombaan, yaitu tingkat internasional. 

Pada suatu hari, Cantika berlatih bersama bu Maulida di sebuah tempat. Tempatnya terbuka dan tempat biasanya seorang penari berlatih. Ternyata, dia berlatih di Pendopo Widya Graha. Derap kakinya terdengar merdu, semerdu iringan tari. Tangannya bergerak dengan lentiknya ke kanan dan ke kiri bagai bunga yang tertiup angin. Ia berlatih tari Orek-Orek, yaitu tari yang akan ditampilkan di tingkat internasional. Ia akan membawa nama Kabupaten Ngawi menjadi nama kabupaten yang membanggakan. Ia berlatih tari Orek-Orek dengan pakaian yang anggun dan hiasan kepala yang menawan. Mulai pagi sampai sore, ia berlatih menari dengan sungguh-sungguh dan didampingi oleh Bu Maulida. Hari demi hari telah ia lewati. 

Selesai latihan, Cantika pun bergegas mengambil sepeda. Ketika perjalanan mengambil sepeda, di tengah jalan ia bertemu dengan bidadari cantik yang memakai gaun warna putih dan mengibaskan kipasnya kipasnya dihadapan Cantika. 

"Wahai gadis cantik, mari ikut bersamaku ke istana penari. Di sana kamu bisa berlatih menari dan dilatih oleh para peri penari agar kamu menjadi penari yang hebat," tawar sang bidadari. 

Tanpa berpikir panjang, Cantika pun menerima tawaran sang bidadari.

"Baik, Bu.... Saya akan ikut ke istana penari," jawab Cantika. 

"Panggil saya Bunda Cheline saja," ucap Bunda Cheline. 

"Iya, Bunda," jawab Cantika. 

Cantika dan Bunda Cheline pergi ke istana dengan mengendarai kuda terbang. Sampai di sana ia terkagum oleh suasana dan pemandangan di istana penari. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline