Tidak terasa ya, sudah dua kali putaran perayaan kemenangan dari menahan makan, minum juga maksiat di bulan Ramadan kita dirundung wabah, jarak antara anggota keluarga yang terpisah karena pekerjaan di luar kota atau hal lainnya tidak lagi diperbolehkan mendekat dalam hari perayaan kemenangan, bahkan menjauh satu sama lain menjadi dalih untuk saling menjaga.
Senyuman-senyuman manis yang sudah terbiasa terlihat, sudah sangat terlalu sulit untuk ditemukan, ternyata senyum yang dulu biasa disunggingkan adalah sebuah nikmat dan mempunyai energi yang begitu besar yang jarang kita disadari, disebutkan dalam sebuah Hadits riwayat Muslim, Rasulullah SAW bersabda:
yang artinya "Janganlah engkau meremehkan kebaikan sedikit pun, meskipun hanya dengan bertemu dengan saudaramu dengan wajah yang berseri". (HR. Muslim).
Sebagaimana disebutkan dalam Hadist, bertemu dengan saudara lalu tersenyum dengan wajah berseri adalah sebuah kebaikan, sayangnya wabah datang membuat hidung dan mulut tertutup dengan masker. Bukan hanya itu, mudik yang biasanya menjadi suatu kebiasaan dalam perayaan kemenangan, menjadi sebuah larangan, pada akhirnya Sillaturrahmi diwakilkan pesan, telepon dan vidio call.
Syukurnya, teknologi sudah begitu canggih hingga komunikasi kita tak terputus terlalu jauh. Dua tahun bukanlah waktu yang singkat, rindu yang terus di tabung satu sama lain sudah terlalu banyak, mungkin jika pun ditakar dengan suatu wadah pun tak akan cukup, saking banyaknya rindu yang terpendam. Situasi bisa sebegitu mudahnya berubah ya, Sillaturrahmi yang pahalanya melimpah di hari kemenangan jadi terbatas jarak.
Wabah yang datang dengan waktu yang begitu lama mengajarkan kita Kembali memaknai arti dari kata rumah. Kembali ke dalam diri kita sendiri, mengenal diri kita sendiri lebih dalam karna begitu banyak waktu yang digunakan dalam kesendirian. Syukurnya, perayaan kemenangan kali ini orang yang terpapar wabah sudah berkurang, hingga pemerintah pun membolehkan kita untuk mudik.
Tibalah kita di masa new normal, yang sebelum wabah ini berada, biasanya setiap tahunnya arus mudik menyebabkan macet, kali ini mungkin akan menjadi tahun pencetus macet paling lama. Betapa tidak, berjuta-juta kendaraan berangkat dari berbagai daerah pulang ke kampung halamannya hingga membuat macet yang tak terhenti, karena beribu kendaraan pulang di waktu yang sama, macet pun tak terbendung.
Kali ini tenang saja, macet tidak akan menjadi masalah bagi kita untuk bisa bertransaksi dengan mudah, digitalisasi semakin meningkat di masa new normal ini, sebab saat wabah melonjak, semua transaksi terbatas jarak, maka solusi untuk mempermudah transaksi sudah disuguhkan dengan baik, lebih mudah juga cepat meski jarak memisahkan begitu jauh.
Dulu meski tidak ada pertemuan, komunikasi saya dengan orang tua masih saja harus terjalin, uang bulanan untuk keduanya haruslah tersampaikan, bersyukurnya transaksi kali ini sudah sangat mudah juga cepat, tak perlu takut hal yang tidak diharapkan terjadi, karna transaksinya pun sudah begitu aman. Transaksi ini dibantu oleh BRImo yang bisa dilakukan dimana pun kita berada. Ibu senang, kitapun tenang.
Transaksi transaksi yang memudahkan itu juga menjadi solusi saat saya sempat bingung sekali untuk pulang kampung lebih dulu atau menunggu saatnya diberi gaji di akhir bulan, karna hari perayaan kemenangan kali ini jatuh pada tanggal 3 Masehi, yaitu awal dari bukan Mei, jika pulang di akhir bulan April tentu saja jalanan akan lebih macet dan waktunya sudah mepet ke hari perayaan kemenangan,