Lihat ke Halaman Asli

Afif Abdillah

Mahasiswa Teknik Elektro Universitas Diponegoro

Mendorong Kemandirian Riset di Indonesia Untuk Masa Depan Pangan dan Energi yang Berkelanjutan

Diperbarui: 13 November 2024   16:16

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

istockphoto.com

Tantangan Kemandirian Riset di Indonesia

Sebelum kita berbicara tentang solusi yang mungkin, kita harus mengidentifikasi masalah saat ini. R&D di Indonesia masih terhambat oleh banyak hal, salah satunya adalah pendanaan yang rendah. Data dari Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi menunjukkan bahwa anggaran riset Indonesia jauh di bawah yang dimiliki negara-negara maju. Misalnya, pada tahun 2023, anggaran untuk riset hanya sekitar 0,28% dari PDB, jauh di bawah yang diberikan negara tetangga seperti Singapura, yang mengalokasikan lebih dari 2% dari PDB.

Selain itu, infrastruktur riset yang kurang memadai merupakan kendala yang signifikan. Banyak laboratorium di universitas dan lembaga riset di Indonesia tidak memiliki teknologi terbaru. Selain itu, situasi ini diperparah oleh drainase otak atau eksodus peneliti dan ilmuwan terkenal. Mereka memilih bekerja di negara yang lebih menghargai kemampuan mereka karena memiliki dana yang lebih besar dan infrastruktur yang lebih baik untuk digunakan. Selain itu, birokrasi yang kompleks menghambat kemajuan penelitian. Kolaborasi antara peneliti, industri, dan pemerintah menjadi lamban karena perizinan dan regulasi yang tidak efektif. Meskipun demikian, kemajuan inovasi membutuhkan kerja sama dari berbagai pemangku kepentingan.

Potensi Besar Indonesia: Dari Biodiversitas hingga Sumber Energi

Indonesia memiliki potensi luar biasa meskipun menghadapi banyak tantangan. Indonesia kaya akan sumber daya genetika pertanian karena tingkat biodiversitasnya yang tinggi. Keanekaragaman hayati ini dapat digunakan untuk mengembangkan varietas tanaman yang tahan terhadap perubahan iklim, seperti padi yang tahan banjir dan kedelai yang tahan kekeringan.

Di bidang energi, Indonesia memiliki sumber daya terbarukan yang melimpah, seperti energi surya, bioenergi, dan panas bumi. Pemanfaatan sumber daya ini masih belum optimal, tetapi memiliki potensi ekonomi yang besar. Misalnya, meskipun Indonesia memiliki cadangan panas bumi terbesar di dunia, hanya sebagian kecil yang telah dieksplorasi dan dimanfaatkan.

istockphoto.com

Mengintegrasikan Teknologi untuk Ketahanan Pangan dan Energi

Teknologi informasi dan arsitektur komputer sangat penting untuk mendukung kemandirian penelitian dan pengembangan di bidang ini. Untuk ilustrasi, petani dapat memantau kondisi tanah, cuaca, dan pertumbuhan tanaman secara real-time melalui teknologi Internet of Things (IoT) yang digunakan dalam pertanian. Petani dapat menggunakan data ini untuk membuat pilihan yang lebih baik tentang kapan menyiram tanaman atau menambahkan pupuk.

Kecerdasan buatan (AI) dan big data dapat digunakan dalam bidang energi untuk menganalisis pola konsumsi energi dan membuat sistem terbarukan yang lebih efisien. Selain itu, teknologi blockchain dapat digunakan untuk membuat sistem distribusi energi yang aman dan transparan di mana orang dapat saling berbagi energi dari sumber terbarukan.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline