Lihat ke Halaman Asli

Afif Abdillah

Mahasiswa Teknik Elektro Universitas Diponegoro

"Metaverse Perlu Diterapkan Pada Sektor Pendidikan" - Pandangan Mahasiswa Terkait Metaverse

Diperbarui: 1 Juni 2024   23:41

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kredit foto: https://www.shutterstock.com/g/greenbutterfly

Di tahun 2024 ini rasanya sudah tidak asing sekali ya kalo mendengar tentang teknologi bernama Metaverse. Apalagi di Era 5.0 yang semuanya dituntut untuk cepat berkembang. Tentu kita ingin semakin banyak kemudahan bagi masyarakat, termasuk pendidikan. Agar mudah dipahami, Metaverse adalah istilah yang mengacu pada lingkungan virtual yang memberikan penggunanya pengalaman seperti pengalaman di dunia nyata.

Hadirnya Metaverse layaknya mimpi yang dulu sebatas angan. Sekarang pengguna dapat berinteraksi dengan objek disekitarnya dengan menggunakan alat bantu seperti hand controller, pada dasarnya pengguna akan diberikan akses untuk menciptakan sebuah karakter yang disebut Avatar sehingga memungkinkan pengguna untuk merasakan kehidupan di dunia nyata namun secara virtual.

Kredit foto: https://www.shutterstock.com/g/Ismagilov

Metaverse menawarkan beragam aplikasi dalam pembelajaran baru, dengan adanya fitur VR dan AR, Metaverse menciptakan lingkungan belajar yang menarik di mana pelajar dapat menjelajahi konsep ilmiah, berkelana ke masa lalu dan mungkin melakukan sinkronisasi dengan hal yang tidak mungkin dilakukan di dunia nyata. 

Selain itu, dalam pembelajaran bahasa, Metaverse mempercepat pembelajaran dengan situasi realistis untuk praktek bahasa. Dalam pendidikan berbasis kompetensi, Metaverse menyediakan simulasi dan permainan interaktif untuk pengembangan kemampuan pelajar. Dalam pendidikan inklusif, Metaverse menciptakan lingkungan belajar yang dapat disesuaikan dengan kebutuhan setiap pelajar, memastikan aksesibilitas untuk semua.


Tentu dengan potensi yang tinggi, ada ancaman yang harus dibayar. Sebagai metode pembelajaran yang baru, para tenaga pengajar perlu beradaptasi dengan cara mengajar yang jauh beda dari puluhan tahun silam, hal ini tentu berlaku juga kepada penuntut ilmu. Keamanan dan kenyamanan dari pengguna itu sendiri menjadi prioritas yang harus ditingkatkan sekaligus menjadi ancaman apabila terjadi kesalahan teknis yang beresiko kepada identitas dan data pribadi. Lambat laun, kesenjangan sosial di dunia nyata pun akan terasa akibat dari maraknya aktivitas yang serba di-virtualisasi.


Namun tidak perlu terlalu panik untuk mendengar perkembangan zaman ini, teknologi Metaverse masih membutuhkan tingkat stabilitas yang sangat tinggi untuk dijadikan sebagai media yang aktif setiap hari nya. Diperlukan ratusan ribu bahkan ratusan juta kapasitas server untuk menampung semua data dan informasi terkait bahan pembelajaran ini, tentunya akan sangat memakan biaya dibandingkan dengan metode belajar yang konvensional.

Dalam memanfaatkan potensi Metaverse dalam pendidikan, perhatikan aplikasi, potensi, dan tantangannya. Metaverse dapat merevolusi cara kita belajar dan mengajar dengan pengalaman belajar yang mendalam dan dinamis. Namun, perlu mengatasi masalah privasi, tantangan teknis, dan pedagogis. Dengan komitmen penelitian yang berkelanjutan, Metaverse dapat diintegrasikan secara efektif dalam pendidikan untuk mempersiapkan generasi mendatang menghadapi tantangan yang akan datang.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline