Sepi bagi para pujangga itu seperti mantan kekasih yang dulu disia-siakan kemudian hendak balas dendam. Ia selalu terlihat begitu menarik, hingga hati bagai ditikam-tikam.
Sayang sepi hanya bisa dilirik, tak bisa kembali ditarik. Ia hanya bisa menuntun penyesalan ditulis hingga berlarik-larik.
Pujangga pun tahu sepi hanya datang untuk merayu, kehadirannya itu cuma sebatas menjenguk penyesalan. Lalu kemudian sepi pulang dengan senyum kegembiraan.
Sepi dan mantan bagi para pujangga itu memang selalu begitu. Sama-sama membuat tangan gatal untuk memutar ulang waktu.
-----
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H