Tahukah Anda bahwa nikel merupakan salah satu hasil bumi yang melimpah di Indonesia?
Berdasarkan survei dari United States Geological Survey (USGS) tahun 2022, Indonesia menjadi negara nomor satu penghasil nikel terbesar di dunia. Produksi nikel diperkirakan mencapai 1,6 juta metrik ton atau menyumbang hampir separuh produksi nikel secara global sepanjang tahun 2022.
Pemanfaatan nikel memerlukan industri pengolahan dan pemurnian yang dikenal dengan istilah smelter. Kementerian Perindustrian (Kemenperin) dan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (KESDM) senantiasa memacu pertumbuhan smelter di Indonesia, sebab sejalan dengan kebijakan hilirisasi dalam rangka meningkatkan nilai tambah sumber daya alam.
Hilirisasi merupakan kebijakan strategis nasional dalam meningkatkan nilai guna hasil tambang dan memperbesar pendapatan negara. Pembangunan smelter menjadi wujud nyata dari kebijakan yang dicanangkan oleh kedua kementerian tersebut.
PT GNI, dari Hulu ke Hilir
PT Gunbuster Nickel Industry (PT GNI) merupakan salah satu perusahaan industri smelter nikel yang beberapa tahun lalu diresmikan langsung oleh RI 1, Joko Widodo. Berdiri sejak tahun 2019, PT Gunbuster Nickel Industry mengedepankan pertumbuhan ekonomi jangka panjang dalam bidang industri pengolahan bijih nikel.
PT Gunbuster menghasilkan produk Nickel Pig Iron (NPI) sebagai bahan baku stainless dan industri besi nickel alloy. Kedua bahan baku tersebut akan disuplai kepada konsumen untuk diolah kembali menjadi produk sehari-hari seperti peralatan makan, kawat anti karat, dan sebagainya.
Menggunakan teknologi Rotary Kiln Electric Furnace (RKEF), PT Gunbuster mampu menghasilkan 10 hingga 12 persen kadar NPI dengan kapasitas produksi yang diprediksi mampu menghasilkan hingga 2 juta metrik ton per tahunnya. Teknologi RKEF berbeda dengan teknologi High Pressure Acid Leaching (HPAL) yang biasanya digunakan untuk memproduksi baterai.
RKEF merupakan metode smelter dengan pendekatan pirometalurgi yang menggunakan tungku listrik dan tungku putar dalam mengolah bijih nikel saprolit yang kaya akan kandungan besi menjadi NPI dengan kadar nikel lebih dari 10%. Secara singkat, RKEF melibatkan proses pengeringan (drying), pengurangan reduksi (preliminary reduction), serta reduksi dan peleburan (reduction and smelting).